[Knowledge] Pelatihan Film Dokumenter

KawaNina, jadi begini. Kemarin, Rabu, 27 Juli 2016 saya dan Mas Bambang (personel Desain Grafis KMP KOTAKU) mengikuti pelatihan Film Dokumenter untuk Pengurangan Risiko Bencana (PRB), di Gedung Suara Merdeka, Jl. Wahid Hasyim No. 2 Lantai 3, Jakarta Pusat.
 
Pelatihan lebih ke pemaparan materi dasar mengenai pembuatan film dokumenter, belum berbicara spesifik mengenai pengurangan risiko bencana, tidak melakukan praktik membuat film dokumenter secara langsung. Meski demikian, hal yang sangat menarik adalah presentasi yang disampaikan oleh narasumber: Filmmaker Amin Panji Wijaya, sutradara film dokumenter “Our Land“, pemenang dalam perlombaan “Think Forest Video Award” yang digelar oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) NGO internasional yang bergerak di bidang riset hutan dan lingkungan.

pelatihan-dokumenter
Dalam pelatihan, Panji memaparkan teori dasar film dokumenter, seraya menunjukkan sejumlah video hasil karya miliknya dan filmmaker lain sebagai contoh macam-macam gaya/tipe film dokumenter, yaitu: ekposisi, observasi, interaktif, refleksi, dan perfomatif.
 
Pertama, tipe eksposisi (expository documentary). Tipe ini terbilang konvensional, dan umumnya merupakan tipe format dokumenter televisi, menggunakan narator sebagai penutur tunggal. Contoh tipe eksposisi adalah video-video yang diluncurkan Discovery Channel dan National Geographic (salah satu contohnya: https://www.youtube.com/watch?v=s1Tliy-QS98)
 
Kedua, tipe observasi (observational documentary). Tidak menggunakan narator dan video konsentrasi pada dialog antarsubjek. Dalam hal ini, sutradara menempatkan dirinya sebagai observator atau pengamat. (ngga tau nih contohnya apaan, hehehe..)
 
Ketiga, tipe interaktif. Sutradara berperan aktif dalam film, sehingga komunikasi sutradara dengan subjek ditampilkan dalam gambar. Contoh film bergaya interaktif adalah “Citizen Four” karya Laura Poitras (https://www.youtube.com/watch?v=qfjztdU0_eo)
 
Keempat, tipe refleksi. Tipe ini cenderung menekankan bahwa mata film yang merekam berbagai realitas yang disusun kembali berdasarkan pecahan-pecahan shot yang dibuat. Contoh film dokumenter tipe ini adalah “Shape of The Moon” karya Leonard Retel Helmrich (https://www.youtube.com/watch?v=txsAltMGFjU)
 
Kelima, tipe performatif. Film dokumenter tipe ini mendekati film fiksi, karena yang diperhatikan adalah kemasannya semenarik mungkin (berupa angle/sudut pengambilan gambar, pencahayaan, sinematografi, dsb) dan sangat mementingkan alur penuturan/plot film. Contohnya: “Bella Vita” karya Jason Baffa. (https://www.youtube.com/watch?v=GZO24AzhVH4)
 
Namun begitu, dalam satu film dokumenter bisa berupa paduan dari dua atau lebih tipe-tipe di atas.
 
Mengenai durasi, Panji mengatakan, ada perubahan tren durasi film dokumenter. Jika dahulu adalah 30 menit (dokumenter standar), atau minimal 45 menit (dokumenter panjang), kini cukup menjadi 2 sampai 5 menit saja. Untuk itu dibutuhkan kreativitas dan kematangan tim film dalam melakukan riset, produksi, editing, hingga peluncurannya. Perhitungan cermat terkait waktu dan budget proses pembuatan film juga wajib dilakukan.
 
Kesimpulannya, dalam membuat film dokumenter, tak cukup hanya kreativitas kita, tapi juga perlu waktu yang cukup panjang dan budget memadai guna menghasilkan film terbaik dan bisa dipertanggungjawabkan kepada penontonnya.
Berikut adalah file yang di-sharing oleh disasterchannel.co:
  1. Dasar-dasar Fotografi Jurnalistik oleh Rully Kesuma (Tempo)
  2. Teknis Kreatif Fotografi oleh Rully Kesuma (Tempo)
  3. Sejarah Film oleh Amin Panji Wijaya (Filmmaker, Director of “Our Land”)
Semoga bermanfaat yaa..

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.