Tiada Badai yang Abadi

Dalam hidup, tak mungkin seterusnya susah dan mustahil selamanya senang. Pastinya berganti-gantian. Ada kalanya saya sendiri merasa down. Di lain waktu, saya merasa bahagia. Yang terpenting, saya akui, bahkan di saat tersulit pun Allah masih menyelipkan kebahagiaan. Semisal wajah anak-anak yang tersenyum, atau doa baik dari orangtua, keluarga dan para sahabat berhati mulia. Masya Allah..

Lalu, selama hampir enam bulan terakhir ini, Allah memperkenalkan kebahagiaan baru kepada saya. Cinta, namanya. Sebuah perasaan yang menguat membahana seiring berjalannya waktu, ataukah memang “ia” selalu ada, bahkan sebelum kami bertemu, entahlah.

Satu hal yang absolut adalah, dia sangat bahagia setiap mendengar saya tertawa. Pun saya, begitu bahagia mendengar tawanya.

Akhirnya saya bangun cita-cita sederhana: saya berniat menghabiskan sisa hidup ini untuk membuat dia selalu tertawa dan bahagia, insya Allah.

Itu adalah wujud syukur kepada Allah, yang telah mempersiapkan kami agar sesuai bagi satu sama lain. Sebagai rasa syukur, karena Allah mengizinkan takdir kami berjalinan dan bertemu di periode hidup kami yang tidak muda lagi ini. Namun, bagaimana kelanjutannya, kami menyerahkan hidup dan mati kami kepada kuasa dan kehendak-Nya.

Kami yakin, jalan hidup yang Allah pilihkan adalah yang terbaik buat kami.

Kami berkhusnuzon kepada Allah..

opened sky 1

*Catatan: judul “Tiada Badai yang Abadi” adalah cetusan komentar dari salah seorang kawan saya, Uni Raziza Rasyid. Saya pakai kalimatnya ya, Uni. Terima kasih.. 🙂

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.