[Puisi] berpisah

Keputusan kali ini tercetus tanpa diiringi linangan air mata.
Sepertinya ini keputusan tepat.
Dan, sungguh, tanpa bermaksud mencatut nama Allah,
tapi, “Bismillahirrahmanirrahim…” semoga ini langkah yang benar.

Semua yang sudah terjadi tak bisa diputar ulang.
Jadi, biarlah berlalu.
Saya sudah menutup pintunya, dan kini mengunci.
Bukan karena membenci, bukan karena sakit hati,
tapi semata berpikir ini adalah langkah paling rasional yang harus diambil.
imageJaga dirimu, kekasih.
Semoga bahagia senantiasa menyertai.
Jika memang cinta sejati, biarlah ia menghuni hati ini;
Tanpa suara, tanpa aksara.
Terima kasih telah sudi singgah dalam hidupku nan penuh warna.
Sekian puluh bulan bersamamu adalah pelajaran berharga.
Namun tampaknya kita ditakdirkan untuk berjalan di jejak yang berbeda.
Meski begitu, terima kasih dari nurani terdalam,
Dan “selamat malam”.

12 Comments Add yours

  1. kasih tisu ke mbak Nina….. *mumpung lagi diskon*

    1. Jaaahahahahaha… pasti ngira ini soal diriku… 😀

      1. igh, saya kan ga bilang itu mbak Nina.. saya kan cuma ngasih tisu… :p

      2. Berapaan tisunya, Bang? 😀

      3. 2000 perak aja ukuran kecil, tapi kalo mau ktemu ama yang jualan belinya kudu 1 karung :p

      4. Huahahahaha.. ngga sekalian pabriknya diborong? :p

      5. bonus dapat yg punya pabrik :p

      6. Aseeeeeekkk.. wkwkwkwkw..

    1. Hehehehe… puisi yang latepost ini, En..

      1. enybodyhome says:

        Puisi atau doa, mari diaminkan saja mba,hihi

      2. Wkwkwkwkkw… Ayoooo kita move on, Eeeen.. 😀

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.