Kematian mengingatkan bahwa kita, bagaimana pun, butuh orang lain. Siapa yang kelak mampu mengurus jenazah kita kalau bukan orang lain? Anak-anak, istri/suami, kerabat, sahabat, komunitas…
Jadi, tampaknya, merajut kebaikan terhadap semua orang di sekitar kita adalah langkah logis. Jalin silaturahim tulus ikhlas. Insyaa Allah, barokah. Tak ada yang tahu kapan Allah memanggil kita pulang.. 🙏
Semalam, ayah mertua saya wafat setelah tiga minggu dirawat di RSPP karena kondisinya ngedrop akibat stroke. Akhir Februari lalu adalah serangan stroke ketiga kalinya yang dialami papah sejak November. Sudah tiga kali bolak-balik RSPP. Keadaan membaik, lalu ngedrop lagi. Sampai akhirnya serangan stroke yang terakhir ini membuat beliau koma selama 11 hari. Sempat membaik, namun akhirnya Allah juga yang berkuasa atas beliau. Selasa, 26 Maret 2019, beliau meninggal dunia, pukul 19.33 WIB, diiringi hujan deras di luar gedung.
Tentunya, saya mampir ke kamar jenazah. Meski saya sudah berstatus mantan dengan anaknya, beliau tetaplah kakeknya anak-anak saya. Dan tak ada istilah mantan mertua di kamus hidup saya. 😊🙏 Kami (mertua dan saya) tetap menjalin komunikasi baik-baik meskipun saya dan anak mereka (mantan suami saya) berpisah sejak 2001.
Pun tidak masalah ketika mantan saya tidak melakukan hal serupa terhadap orang tua saya. Dia cuek, sama sekali tidak peduli orang tua saya, bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan orang tua saya, tapi itu tidak mengapa untuk kami. 😊 Hanya memperkuat keputusan saya, itulah kenapa saya berpisah dengannya: kami tidak sesuai dalam pemikiran dan kedewasaan. 😅 Namun, semoga Allah membuat dia bahagia dengan pemikirannya. Buat saya, Allah saja cukup.
Anyways,
Sekali lagi, terima kasih, ya.. 💐