Pada satu poin, semua manusia akan merasakan kehilangan. Ditinggal yang terkasih, keluarga, orang tua, anak, kakak/adik, sahabat, teman lama, rekan kerja… Kehilangan barang favorit, peliharaan kesayangan, pekerjaan favorit, hubungan asmara, dan lain-lain.
Menghadapinya, mungkin reaksi manusia bisa kesal, jengkel, kecewa, marah, merasa sial dan paling malang sedunia, bahkan menyalahkan Allah sambil bertanya, “Kenapa saya mengalami ini, ya Allah? Apa salah saya?” (Heee… kalau mau jujur sama diri sendiri, salahmu pasti segunung menjulang ke langit, hei manusia! ๐)
Pertama-tama: jangan panik. SEMUA yang bernapas, bernyawa, berjiwa, berakal, PASTI mengalami kesusahan; mengalami ujian, cobaan, tantangan. Jadi ngga perlu merasa panik dan berpikir, “Ya Tuhan, kenapa gue terlahir untuk merasa sakit separah ini?”–wow, man, grow up! Mengasihani diri sendiri itu cukup 1 menit. Selebihnya cepat bangkit, berdiri, dan berlari lagi.
Kedua, kita nggak sendirian. Betapapun cobaan tersebut mengakibatkan kita, misalnya, skeptis kepada Allah, percaya deh, Allah ngga membalas skeptis ke kita. Meski kita mungkin “bete” sama Allah, Allah nggak akan bete sama kita. Bahkan, pertolongan Allah ada di sekitar kita. Melalui keluarga, sahabat, teman, bahkan peliharaan kesayangan, Allah akan menghibur kita, menguatkan kita, menyemangati kita, memotivasi kita untuk bangkit dan menjadi manusia yang lebih baik daripada kemarin.
Yang perlu kita lakukan “hanyalah” berpikir lebih jernih, melihat lebih dekat, mendengarkan lebih saksama, dan…..ini terpenting: POSITIVE THINKING. Terutama, positive thinking (husnuzon) kepada Allah.
Saya tahu, semua teori di atas itu, praktiknya sama sekali nggak mudah ketika kita benar-benar menghadapi kesusahannya. Makanya kita selalu diingatkan untuk bersabar. Karena dalam proses bersabar itu ada latihan fokus yang mampu membuat kita berpikir lebih jernih, lebih cerdas, lebih jeli, dan akhirnya, lebih kreatif.
Bersyukurlah diberi kesusahan. Karena dengan begitu, Allah juga menunjukkan siapa saja orang-orang yang tulus kepada kita. Tapi ingat, ya, nggak perlu membenci orang yang nggak tulus sama kita. Anggap saja, mungkin memang “frekuensi” dan orientasi berpikir mereka berbeda sama kita. Kita nggak bisa menyalahkan cara berpikir manusia, karena semua manusia berpikir berdasarkan level kebijaksanaan dan kecerdasan mereka, sesuai pengalaman hidup dan kemampuan mereka mencernanya menjadi pelajaran.
Di sisi lain, ingat hukum seleksi alam, sunatullah: orang-orang baik akan berkumpul dengan orang-orang baik. Begitu pula sebaliknya. Jadi kalau kita ingin dikelilingi orang-orang baik, jadilah baik lebih dulu. Janji Allah itu tepat.
Ehem, intinya, ketika kita kesusahan dan kehilangan, jangan panik. Sabar sambil lihat ke sekeliling. Yakinlah, ada bantuan Allah melalui orang-orang baik. ๐๐
Happy weekends.
thanks for share mbak… but lost someone it will be hurt actually ๐ฆ
Sama-sama, Mas..
Pastinya sakit. Tapi dengan begitu kita belajar untuk jadi lebih kuat kan? ๐ Semangat ya..