trusting the judgment of the experts

Entah kenapa saya mendadak teringat kejadian di suatu pagi pada tanggal 26 Desember 2004. Sekira pukul 11 hari itu saya sedang stand by di tempat tugas liputan saya, Markas Kepolisian Resort Metro Jakarta Selatan di Jalan Wijaya, Panglima Polim. Saat itu saya, bareng beberapa kawan sesama wartawan Hukrim (desk Hukum dan Kriminal) yang bertugas pos di sana, sedang menuju ruang pers sepulang dari sarapan (yang kesiangan itu).

Begitu memasuki gedung Mapolres, kami berpapasan dengan Kapolres, Kombes (waktu itu) Ghufron. Beliau hendak ke Mapolda sepertinya. Sebelum masuk ke mobil dinasnya, kami berbincang akrab. Bukan wawancara, melainkan sekadar ‘say hello‘, menanyakan kabar, ada taruna (berita) kah? Tak sampai 5 menit bincang kami, karena beliau harus segera pergi. But it was nice of him to stop by and talk to us, press, as friends. Di akhir obrolannya, separuh bercanda, ia mengatakan, “Kalau mau taruna, tu Aceh, tadi pagi kabarnya gempa. Yang meninggal sekitar 5 orang.” Kami waktu itu tertawa, sambil menjawab, “Wah, Ndan, TKP-nya kejauhan. Kalau gempanya di (Jakarta) Selatan sih bisa kita liput (sebagai berita peristiwa).” Lalu Pak Ghufron masuk ke mobil dinasnya diiringi deraian tawa kami dan senyum lebar beliau.

Kami sama sekali tak menyangka bahwa “taruna” yang disampaikan Pak Ghufron ternyata memang jadi peristiwa nasional, bahkan internasional! Keesokan harinya, setelah mendapat kabar lebih lengkap soal gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Aceh, Nias, sebagian Sumatera Barat dan Sumatera Utara, bahkan belahan dunia lain, kami bertemu lagi di ruang pers. Tak ada candaan, cengiran, apalagi tawa. Hanya wajah serius dan tegang bagi kawan yang memiliki keluarga di Aceh. Sekilas, kami bicara soal ucapan Pak Ghufron sebelumnya. Seorang kawan saya menyahuti, “Jangan ragukan insting polisi. Apalagi yang jabatannya tinggi begitu. Seharusnya kemarin kita seriusi berita yang dia ungkapkan.” 😦

Sepenggal cerita tadi bukan bermaksud memuji-muji polisi. Namun, sungguh, orang yang memang ahli di bidangnya itu harus didengarkan baik-baik. Meski terlihat bercanda, sebenarnya mereka tak sekadar bicara. Mereka bicara dengan nalar dan keahlian mereka menganalisis. Pelajaran kedua, sungguh musibah datang tak terduga. Jika di tanggal 26 itu data yang kami dapat adalah 5 orang tewas, lalu seminggu kemudian ketahuan perkiraan jumlah korban tewas dan hilang lebih dari 200.000 orang, termasuk di antaranya 700 orang tenaga medis dan paramedis (ini data yang saya dapat sendiri dari Kemenkes RI) yang bertugas di wilayah pesisir Aceh, artinya benar-benar di luar dugaan. Betapa besarnya kehancuran itu. Evakuasi korban selamat saja tak cukup. Perlu recovery kejiwaan mereka juga, mengingat mayoritas mereka kehilangan seluruh keluarganya sekaligus. Buat saya pribadi, kematian ibunda saja sudah membuat luka tak berkesudahan memasuki tahun kedua. Apalagi mereka yang kehilangan ayah, ibu, kakak, adik, anak, keponakan, istri/suami, saudara sekaligus.

Btw, bertugas di mana ya Pak Ghufron sekarang. Mungkin pangkat melati beliau sudah berganti bintang? Semoga.

Ahhh.. Kangen liputan Hukrim. Kangen nongkrongi Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tipikor, belajar proses hukum dan menganalisis ekspresi juga reaksi para terdakwa, jaksa, pembela, dan majelis hakim. Saya memang hanya sebentar di desk Hukrim, tapi harus diakui bahwa pengalaman itu yang mendidik saya jadi tangguh dan jeli. Oh ya, konon awalnya saya harusnya jadi wartawan Sosbud, tapi Pemred saya intervensi dan mengatakan saya lebih cocok di Investigasi dan Hukrim. Nah, lagi-lagi insting dan penilaian jeli seorang ahli. I owe my career life to them all. May Allah protect these great people and us all. Aamiin..

Selamat berhari Kamis. Pagi ini hujan di Jakarta, tapi tetaplah semangat yaa..

 

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.