Seorang rekan saya yang bertugas di Bank Dunia, sharing postingan ini terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB). Saya share di sini, karena manfaatnya pasti besar. 😉 Have fun reading.
Iche Risye wrote:
Empat tahun yang lalu, ketika sedang bertugas beberapa bulan di Manado, saya menyiapkan Emergency Bag ini bersama teman-teman relawan BDSG di rumah masing-masing, yang kemudian posting di FB sebagai salah satu bentuk ajakan kami kepada teman untuk melakukan hal yang sama. Kami belum menelusuri berapa banyak yang ikut menyiapkan tas darurat ini, kecuali beberapa relawan BDSG kami, yaitu (hanya) 8 orang (yang menyiapkan lalu post di FB). Memang tidak mudah untuk meyakinkan orang lain, bahkan diri sendiri, untuk memulai melakukan sesuatu yang belum terasa manfaatnya saat ini.
Orang ketika melihat gerakan seperti ini mungkin akan berpikir, “memang perlu ya?”, atau orang yang sudah lumayan sadar tapi masih belum tahu apa yg harus dilakukan akan berpikir, “oh iya ya..ini kan gampang nyiapinnya! Ini perlu nih buat di daerah gw!” (Tapi baru sekedar ngomong aja.. 😀 gpp yg penting udah sadar), atau orang yang sudah terdorong melakukan hal yang sama akan bilang,”eh itu apa aja sih isinya? Risiko sekitar kita xxx, lalu yang harus kita siapkan apa? Aku juga mau ah nyiapin..nanti aku kabarin kalau udah” (sudah ada niat sudah syukur, tapi kebanyakan aksi benerannya tertunda :P).
Kalau dari hasil belajar dikit-dikit jaman dulu, orang yang dirinya/keluarga dekat/kerabat dekatnya pernah mengalami bencana, kecenderungannya akan lebih sadar bahwa risiko bencana itu ada, dan dorongan untuk melakukan aksi pengurangan risiko bencana menjadi lebih besar dari sebelumnya — walaupun belum tentu juga dia kemudian benar-benar melakukan aksinya. Kemudian orang yang lebih sering terexpose (atau, pelaku) pendidikan bencana, yang membuat dia bisa mengenal risiko bencana sekitar, memahami sifat2 bahaya yang ada, sehingga paham apa yang harus dilakukan dan menyadari urgensi untuk melakukannya, akan cenderung punya niat yang lebih kuat untuk melakukan aksi. Menurut saya, selain karena niat kuat dari diri sendiri, di banyak kasus, aksi akan benar-benar mulai dilakukan ketika ada pendorongnya, apakah itu bahaya yang mulai nampak di depan mata, atau ajakan dari teman (dengan metode yang somehow bisa “memaksa” teman lain melakukannya dengan cara halus/asyik) yang sudah benar2 melakukan aksinya 🙂
Jadi, terus terang, waktu itu kami dari BDSG sudah sangat bersyukur sudah bisa menggerakkan 8 orang (saja) untuk benar-benar mempersiapkan diri di rumah masing-masing (lalu mengajak orang lain). Saya yakin kalau campaign-nya lebih gencar dan terstruktur, dampak positifnya akan makin oke! Punya saya sendiri pun, emergency bag-nya belum diupdate lagi nih.. rencana akan saya update secepatnya dengan emergency bag untuk keluarga (yang dulu masih versi single hehehe). Begitu ceritanya..
Bagaimana teman-temanku semua sudah pada melakukan sesuatu untuk mengurangi risiko bencana di rumah/tempat kerja/sekolah masing-masing? Kalau sudah, share yaa.. supaya bisa menularkan ke teman yang lain 🙂 Have a nice day!
— tumben2 bikin status panjang.. syndrome habis ngerjain PR bertubi2
— maaf kalau bahasanya acakadut, kan bukan scientific paper 🙂 semoga tidak termasuk golongan alay.
================== referred:
Menyediakan tas siaga darurat ternyata tidak sesulit itu kok, asal niatnya kuat. Tidak usah menunggu untuk mengumpulkan semua barang2 dulu, dicicil saja semampunya. Kalau punya uang lebih, sebaiknya investasikan sebagian disini. Barang2 yang saya beli untuk dimasukkan ke tas ini totalnya tidak lebih dari 200 ribu rupiah (kecuali kain, tas dan kaos kaki). Kita pun bisa memakai barang yang tidak perlu dibeli lagi, seperti koran bekas (ini bisa multifungsi, seperti u/ menghangatkan diri). Setelah pulang dari bepergian ini, saya rencananya akan melengkapi tas ini. Ayo, teman2 juga bisa mulai dari yang kecil2!
Referensi tambahan:
Nur Hamidah with Iche Risye and 47 others. on
Tas Darurat versi saya.. 🙂 sebagai persiapan menghadapi bencana.. yang ada waktu, siapkan juga yuk! 😀
Isinya:
1. Dokumen penting; akte lahir, ijazah, surat penting, paspor, foto penting
2. makanan dan minuman; makanan yang tahan lama dan berkalori tinggi, dan minuman untuk bertahan 2 hari setelah bencana
3. obat-obatan: rivanol, obat luka, perban, plester obat terkilir, minyak kayu putih, parasetamol, obat khusus (jika ada)
4. dompet berisi uang secukupnya dan kartu keselamatan
4a. Jas hujan, plastik, dan koran
5. senter dan kompas
6. peralatan mandi; sikat gigi dan odol, sabun, handuk kecil, pakaian dalam, dan perlengkapan khusus wanita
7. sarung dan pakaian penghangat, kerudung cadangan
8. per. tambahan; korek api, slayer, kabel pengikat serba guna, webbing

Anda juga bisa membuat Emergency Bag versi sendiri. Silakan share di komentar jika sudah membuatnya. 🙂
Semoga bermanfaat, ya.
Leave a Reply