Yes. Sesuai judul, jangan umbar alamat dan data pribadi Anda. Apalagi di media sosial. BAHAYA! Sudah banyak kejadian, para pelaku kejahatan menggunakan informasi yang netizens sharing di media sosial. Akibatnya juga variasi. Mulai dari perampokan sampai perbuatan cabul (pemerkosaan, jadi korban pedofilia, dsb), bahkan pembunuhan. Ini terjadi di dalam maupun luar negeri.
Baca deh berita seputaran penyalahgunaan data pribadi, antara lain, berikut ini:
- Kenalan di Facebook, Pengangguran Sekap Siswi SMA – Jumat, 12 Juli 2013
- Ajak Tidur Kenalan FB di Kos, Harta Benda Raib – Rabu, 10 Juli 2013
- WNA Penipu Via Facebook Diringkus di Medan – Senin, 10 Juni 2013
- Ini Kronologi Remaja Korban Pemerkosaan Teman Facebook – Sabtu, 6 April 2013
- Kenalan Lewat Facebook, Gadis Diperkosa Bergilir – Sabtu, 6 April 2013
Di era open information sekarang ini memang kita wajib berhati-hati. Boleh saja memanfaatkan media sosial sebagai sarana ekspresi, kreativitas, dan bisnis (toko online, misalnya), tapi juga harus berhati-hati jangan sampai kitanya jadi korban kejahatan. Untuk bisnis online, misalnya, sudah banyak banget kejadiannya, baik yang jadi pedagang maupun pembelinya, jadi korban penipuan.
However, saya ngga akan membahas terlalu luas soal ini, mungkin di postingan lain. Saya mau fokus soal “berhati-hati sharing data pribadi”. Semisal mengonfirmasi alamat kepada pihak tak dikenal, yang mengaku-ngaku sebagai kurir.
Karena ternyata ada juga modus operandi “menitipkan barang terlarang” di rumah kita. Trus karena kita kerja, kita lalai ngecek ulang apakah memang benar kita mengorder sesuatu barang secara online atau gimana. Seperti foto berikut ini (saya re-share dari teman). Silakan dibaca penjelasannya di samping SMS itu:
“Ati2 modus ‘numpang alamat’ buat ngirim narkoba. Klo dikasih alamat, akan dikirim k rmh. Tp akan ada yg ‘ngintip’, klo ga ada polisi ke rmh, besoknya akan diambil lg dg dalih salah alamat. Tp klo ada polisi yg dtg k rmh, pemilih rmh kena, sedangkan si pengirim terbebas”.
Iiiih, ngeri..
Ternyata ini modus sudah dilakukan selama 2 tahun terakhir, tapi mungkin ada KawaNina yang belum tau–karena saya juga baru tau lho–silakan baca tautan berita berikut sebagai referensi:
- BNN: Waspadai Paket Narkoba yang Dikirim ke Rumah! – Kompas, ed. Senin, 7 Januari 2013
- Waspada Modus Selundupkan Narkoba Lewat Alamat Palsu – Indopos ed. Rabu, 16 Januari 2013
- Awas, Modus Baru Peredaran Narkoba dengan Alamat Palsu – Tribun Medan, ed. Rabu, 3 Juli 2013
- Polisi: Awasi Perekrutan Kurir Narkoba Melalui Facebook – Republika Online, ed. Rabu, 28 May 2014
- Modus Baru Penyebaran Narkoba: Salah Alamat – Liputan6com, ed. 3 Jul 2013
Saya kutip yaa berita dari indopos:
Jangan Asal Terima Paket Kiriman
TANGERANG – Masyarakat diimbau waspada dan berhati-hati bila menerima paket kiriman dari orang yang tidak dikenal. Kehati-hatian itu dilakukan agar tidak terjebak dalam kasus penyelundupan narkoba. Hanya karena alamat rumah Anda digunakan sindikat narkoba internasional yang mengirim barang terlarang melalui Perusahaan Jasa Titipan (PJT).
Seperti dialami Esti Nur Rojikin,45, warga Wonosobo, Jawa Tengah, yang dibekuk petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) usai menerima paket kiriman sabu-sabu seberat 2,9 kilogram dari India. Wanita yang akrab disapa Esti ini membantah sebagai pengedar maupun kurir narkoba. Tapi dia membenarkan mengenal pengirim paket yang merupakan seorang pria yang dikenalnya melalui facebook.
Kepala Kantor Bea dan Cukai Soekarno-Hatta (Soetta) Okta Irianto meminta masyarakat berhati-hati tatkala menerima paket kiriman lantaran maraknya penyelundupan narkoba melalui Perusahan Jasa Titipan (PJT).”Kalau merasa paket itu bukan milik kita apalagi sipingirim tidak dikenalmaka pemilik rumah berhak menolaknya. Tujuannya agar tidak terjebak dalam penyelundupan narkoba,”katanya kepada INDOPOS, kemarin (16/1).
Pejabat Kepala Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta yang baru menjabat beberapa hari ini juga banyak masyarakat yang menerima paket kiriman begitu saja. Apalagi bila paket kiriman itu berasal dari luar negeri. Seperti pengakuan Esti, janda satu anak yang memiliki usaha jasa pengiriman TKI keluar negeri dicokok usai menerima paket kiriman 2,9 kilogram sabu-sabu dari India di rumahnya, Jumat (11/01) lalu.
Barang haram senilai Rp 4 miliar itu disembunyikan dalam 18 buah engine piston atau sparepartmobil. Awalnya, petugas Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta mengendus penyelundupan itu. Bekerjasama dengan BNN, lantas digelar penyelidikan dengan menelusuri alamat peneriman. ”Hasilnya kami bersama BNN membekuk penerima paket narkoba ini,” ujar juga mantan petugas Pusat Kepatuhan Internal Kantor Pusat Bea dan Cukaiini.
Sementara Humas BNN Sumirat Dwiyanto mengatakan wanita yang juga penyalur TKI keluar negeri itu mengakui alamatnya dipakai seseorang untuk mengirimkan paket berisi narkoba tersebut. Dia juga mengatakan mengenal pria itu melalui jaringan sosial. Setelah melakukan komunikasi secara intens, pria asing itu berjanji ingin menikahi Esti. Pria itu juga meminta alamat rumahnya.
”Kami masih mendalami dan menyelidiki siapa orang yang berkomunikasi dengan Esti dalam sebelun terakhir ini.Karena menurut pengakuan mantan TKW itu tidak pernah memesan barang yang berisi narkoba itu. Walau dia menerima paket yang dikirimkan ke rumahnya,”katanya kepada INDOPOSkemarin (16/01).Menurut Sumiratjuga, modus-modus pengiriman narkboba melalui jasa pekt titipan seperti ini mulai dimanfaatkan sindikat narkoba jaringan internasional. Guna menyelundupkan barang terlarang ke tanah air.
”Selain biaya irit karena tidak membayar kurir, resiko diketahui juga rendah. Modus seperti ini harus diwaspadai. Bisa jadi bandar narkoba menggunakan alamatrumah warga,” ungkapnyajuga. Dia menceritakan kasus seperti ini juga pernah terjadi di Lebak Bulus, Jakarta Selatandan Bali. Dimana, pengedar narkobamenggunakan alamat palsu.
Dalam kasus paket narkoba seberat 50 kilogram yang dikirim seseorang dari Amerika Serikat itu ditujukan ke salah satu alamat di Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Setelah paket diantar oleh petugas yang menyamar, pemilik rumah mengaku tidak pernah merasa kenal seseorang yang tinggal di Amerika. Sehingga dia menolak untuk menerima paket tersebut.
Setelah petugas pengantar pergi, tiba-tiba seorang pria menghubungi dan mempertanyakan paket kiriman tersebut. Ternyata pria yang hendak meneriam paket kiriman itu menunggu di depan pagar rumah orang yang semula menolak menerima kiriman paket itu. ”Jadi hati-hati,jangan sampai salah tangkap. Hanya karena alamat rumah Anda digunakan mengirimkan paket.Kalau memang ada paket kiriman tidak dikenal baiknya ditolak saja. Bisa jadi berisi narkoba,” tegasnya. (gin)
Nah lho.. serem kan?
Makanya, KawaNina, be extra careful. Jangan sharing alamat dan nomor telepon sembarangan. Kalaupun media sosial, seperti facebook, twitter, path, gmail, dst meminta nomor telepon sebagai verifikasi user yang sah, sembunyikan nomor telepon KawaNina, jangan sampai publik, apalagi orang jahat, mengetahuinya.
alamat mbak Nina dimana? hahahaha
Aiiiih.. Mas wib, wontunoooow ajaaa.. 😀