[Opini] pencitraan, pilihan dan konsekuensi

Dear Keluarga dan KawaNina,

Pagi ini saya teringat sesi Latihan Kepemimpinan dan Profesionalisme Mahasiswa (LKPM) yang digelar Senat Fakultas Ekonomi Unpad pada 1995. Saya ikut pelatihan tersebut, karena saya anggota Senat. Pelatihan dilakukan selama hampir 2 bulan (kalau gak salah ingat) diselang-seling dengan kuliah. Salah satu materi dalam pelatihan tersebut berbicara soal “pencitraan”. Ini serius. Kami diajari bagaimana mencitrakan diri di hadapan publik. Tapi pencitraan bukan berarti berdusta lho ya, hanya memoles. Berdusta itu hitam dibilang putih dan putih dibilang hitam. Sedangkan memoles itu ibarat membubuhkan make up di wajah, atau mengenakan wewangian agar orang lain merasa nyaman saat berdekatan dengan kita. Itu namanya pencitraan.

Di materi tersebut, kami juga diajari bagaimana memilah dan memilih sikap, kapan harus/bisa menjadi diri sendiri dan kapan harus/bisa menjadi orang yang diharapkan oleh publik. Karena di dunia luar (karier/bisnis, sosial/pergaulan) tindakan kita tidak bisa sama. Kondisi dan orang-orang yang dihadapi berbeda-beda, jadi bersikaplah berbeda pula. Singkatnya: hendaklah fleksibel, jeli membaca situasi dan pandai membawa diri, tanpa harus kehilangan jatidiri.

Alhamdulillah pelatihan semacam itu berguna banget sampe sekarang. Saya menganggap “pencitraan” ini sebagai the art of life: how to be a better and more-acceptable-socially you. (Seni hidup: cara menjadi dirimu yang lebih baik dan bisa diterima secara sosial). Intinya: jadilah diri sendiri, tapi LEBIH ELEGAN.

imageDikaitkan dengan masalah yang saya dan KawaNina hadapi sekarang. Yah, semua orang punya masalah, yang berbeda-beda jenis dan kadarnya. Namanya manusia, insting pertama saat menghadapi masalah adalah berkeluh-kesah. Ini wajar dan manusiawi. Tapi untuk melakukan ini (berkeluh-kesah), ada tiga opsi–lengkap dengan konsekuensinya masing-masing:

Pertama, berkeluh kesah kepada Allah.

Konsekuensinya, antara lain: (1) perasaan jadi lebih plong, dapet pahala pula. Hmmm asyiknya. 😉 (2) Allah (pastinya) mendengar doa kita dan Allah menurunkan rezeki ketenangan qolbu kepada kita. (3) Orang lain dan keluarga tidak ikut khawatir karena melihat kita tampak kuat dan baik-baik saja. (4) Biasanya Allah juga memberi rezeki pikiran jernih (karena qolbu juga jernih). Dari pikiran jernih bisa terlahir berbagai kreativitas positif yang menghasilkan hal-hal positif pula. Masya Allah.

Kedua, berkeluh-kesah kepada suami/istri, keluarga atau kawan.

Konsekuensinya, antara lain: (1) istri/suami/keluarga/teman jadi paham apa yang terjadi dalam hidup kita, lalu mereka jadi ikut khawatir, sedih, takut, cemas, dsb. (2) Mendapat masukan positif dari mereka, bahkan mungkin mendapat bantuan finansial dan moril dari mereka. (3) Bisa jadi orang yang dicurhati malah ikut marah-marah, membuat hati kita makin galau. (4) Mendapat simpati dan empati, apalagi jika kita menyampaikan keluhan ini dengan diplomatis, lugas, dan cermat. Elegan.

Ketiga, komplain, protes, mengeluh sambil marah-marah.

Konsekuensinya, antara lain: (1) Orang lain ikut emosi dan terprovokasi. (2) Orang jadi tahu seberapa jauh level kesabaran/kebijaksanaan kita. (3) Orang jadi tahu aib kita dan aib orang lain juga, mungkin. (4) Orang malah menertawakan kita dan menganggap kita cengeng, karena sesungguhnya masih banyak orang di dunia ini yang punya masalah lebih gawat, pelik, bahkan fatal, tapi mereka menyikapi dengan bijak tanpa jadi emosional seperti kita.

Selebihnya tiga opsi dan segala konsekuensinya di atas itu masih bisa ditambahkan lagi, silakan. 🙂

And the choice is yours. Pilihan ada di tangan kita masing-masing. Hanya saja jangan dilupakan, kita tidak bisa mengendalikan asumsi orang lain terhadap kita–kaitannya dengan integritas, kredibilitas, kapabilitas dan kondite kita. Dan itu (integritas, kredibilitas, kapabilitas, kondite) kaitannya erat banget sama “pencitraan” di atas tadi.

Saran saya simpel: bajik dan bijaklah. Man jadda wa jadda (barangsiapa bersungguh-sungguh, pasti akan mendapatkan hasil) 🙂

Selamat hari Kamis, Keluarga dan KawaNina. Semangat selalu ya! 😀


Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: