Setinggi apapun sanjungan dan semanis apapun ucapan manusia, bagiku hanya ucapanmulah yang paling menyentuh hatiku hingga ke dasarnya. Dan kau adalah satu-satunya manusia yang sangat jarang berkata manis kepadaku.

Namun aku memahami bahwa setiap tegas sikapmu, lantangnya suara dan saklekmu adalah bagian dari ekspresi cintamu kepadaku. Tiada jenuh engkau mendidikku, mengajarkan aku logika, harga diri dan keyakinan bahwa Allah di atas segalanya. Bahkan, ketika aku menyerah dan berhenti mendengarkan, kau tetap bertahan. Memberiku ruang untuk tersadar dan berpikir. Hanya engkau pria sejati yang membiarkan aku bertumbuh dan berkembang.

Cintamu cinta yang keras, kokoh dan kuat. Cinta yang mendidik, mengalir laksana udara dan air.

Maka katakan kepadaku, bagaimana bisa aku menggantikan eksistensimu di hatiku, jika paru-paruku telah dipenuhi dengan nafas kasihmu dan pembuluh nadiku telah dialiri separuh darahmu? Katakan kepadaku, bagaimana cara hidup tanpamu–karena aku tahu, dunia takkan sama jika aku tidak bersamamu. Bagaimana aku bisa melanjutkan langkah menapaki takdir tanpamu. Sementara aku tahu, di batinku, Allah menciptaku untuk mendampingimu.

Kuncilah pandanganmu hanya ke arahku, kekasih jiwa. Lalu izinkan aku menujukkan kepadamu apa itu bahagia, sebagaimana kau akan tunjukkan kepadaku jalan menuju surga.