Berikut ini tulisan salah satu kontak saya di FB, Pak Rudi Rosidi. Izinkan saya copy paste tulisan beliau. Saya paham statistik, tapi tidak terlalu paham soal Quick Count Pilpres ini. Saya copy paste di sini sebagai bahan bacaan saya juga..
Tautan URL aslinya bisa diklik pada judul masing-masing. 🙂
Semoga bermanfaat.
Posted by Rudi Rosidi

Menyimak berita-berita dari portal berita seperti Detik, Metro, Tempo, Merdeka, Kompas, dan media se-spesies lainnya, serta masih ada saja yang percaya pada portal http://www.kawalpemilu.org/#0, saya jadi tergelitik lagi untuk nulis ini walau terasa berat beban karena asumsi negatif lagi.
Aritmetika dasar saja sudah cukup dipakai untuk membuktikan bahwa data dalam portal itu adalah simulasi belaka.
Data pemilih adalah data kuantitatif diskrit bukan kuantitatif kontinyu. Tidak ada 1/2 pemilih atau 1/5 pemilih. Yang ada 1, 2, 3, 4 dan seterusnya pemilih.
Mari kita perhatikan screen shot data yang saya ambil pada hari ini Rabu, 16 Juli 2014, Pukul 15.17 dan Pukul 15.22:
Perhatikan penjumlahan suara sah dari perolehan PH dan JK yang saya tandai dengan underline warna kuning. Misal di Provinsi Aceh, penjumlahan diskrit, seharusnya: 832.835 + 682.129 = 1.514.964. Kenapa hasilnya jadi 1.514.860?
Anak SD Kelas 2 juga akan paham bahwa 5 + 9 = 14, bukan 10 atau 2.
Jadi kesimpulan saya, data tersebut adalah hasil SIMULASI, bukan data real count. Dan CEROBOH-nya, yang disimulasikan adalah persentasenya, bukan data diskrit pemilihnya. Dan mereka lupa (atau dilupakan oleh Tuhan) dari hasil desimal perkalian persentase tidak dicocokkan dengan penjumlahan/kumulatif data-data diskrit tersebut.
Misal: 298 pemilih x 52%, maka hasilnya akan desimal 154,96.
Bagi rekan-rekan yang mengerti istilah ROUND dan TRUNC mungkin akan tersenyum-senyum melihat data tersebut.
Dari penelusuran satu studi kasus Provinsi NAD sampai pada level TPS, simulasi persentasi itu sepertinya baru dilakukan di tingkat Kabupaten. Makanya tidak heran jika selisih penjumlahannya bisa lebih dari 3 digit.
Jika sudah begini, yang BODOH sebenarnya MEDIA-nya, PROGRAMMER-nya, atau MASYARAKAT INDONESIA yang telan mentah-metah untuk mempercayainya?
Atau jangan-jangan MATEMATIKA nya yang disalahkan lagi, karena kena Virus Burhanitrat Muhtajulation.
http://m.metrotvnews.com/read/2014/07/15/265992
http://www.merdeka.com/pemilu-2014/kawalpemilu-data-92-prabowo-hatta-4716-dan-jokowi-jk-5283.html
Lanjutannya…..
TENTANG PORTAL KAWAL PEMILU (2)

Ada beberapa rekan yang menyanggah tulisan saya di “TENTANG PORTAL KAWAL PEMILU” berkaitan dengan keterangan (yang ditaruh di poin terakhir) dari sang empu atau admin portal sebagai berikut:
“Jumlah Suara Sah tidak selalu sama dengan Suara Prabowo-Hatta + Suara Jokowi-JK dikarenakan entri data memungkinkan overwrite angka jumlahnya. Ini bertujuan untuk mengetahui mana saja entri C1 yang bermasalah, baik karena C1 nya sudah salah atau karena human error sewaktu entri data.”
Bahwa kesalahan itu bisa terjadi karena 2 hal yang disebutkan di atas.
Dalam tulisan saya, sudah saya jelaskan bahwa simulasi (baca: rekayasa) yang dilakukan adalah nampak jelas ketika rekapitulasi pada tingkat kabupaten. Jika rekan-rekan telusuri data tabulasi dari TPS, Desa/Kelurahan, dan Kecamatan, penjumlahannya pada kasus di Provinsi NAD misalnya, semuanya sama (pada daftar paling atas). Jumlah suara PH + Jumlah suara JK = Jumlah Suara Sah.
Namun tidak demikian ketika di tingkat Kabupaten (dan tentunya Provinsi), jumlahnya tidak sama. Itulah mengapa keismpulan saya bahwa simluasi persentase itu dilakukan ketika data rekap dari kecamatan ke kabupaten.
Perhatikan record/daftar paling atas pada gambar yang ditandai dengan kotak kuning:
Tingkat TPS: 118 + 119 = 237 (masih sama)
Tingkat Desa: 578 + 661 = 1.239 (masih sama)
Tingkat Kecamatan: 922 + 1.187 = 2.109 (masih sama)
Tingkat Kabupaten: 54.839 + 41.545 = 96.386 (sudah beda)
Tingkat Provinsi: 900.117 + 741.780 = 1.641.793 (tambah jauh bedanya)
Perubahan sudah mulai terlihat signifikan pada kecamatan-kecamatan tertentu yang ada di tengah-tengah tabel pada tabulasi suatu kabupaten (silakan disurvei sendiri).
Jadi, kesimpulan sementara saya, sanggahan admin portal “Kawal Pemilu” berkiatan dengan ketidakccocokan jumlah perolehan suara kedua pasangan dengan suara sah itu karena kedua faktor tadi terlalu mengada-ada. Terlebih lagi jika bahasan ini diintegrasikan dengan penjelasan pada level keilmuan IT seperti misalnya teknis entry data yang diklaim dilakukan oleh ratusan atau ribuan orang yang disebut sebagai ‘relawan’. Monggo yang lebih menguasai IT dikembangkan analisisnya. Sebab saya hanya mencermatinya dari ilmu aritmetika dasar.
Lagipula jikalau pun penjelasan admin portal tersebut ‘dianggap benar’. maka hemat saya, seharusnya dalam tabulasi, ada field atau kolom yang membedakan antara jumlah suara kedua pasangan dengan surat suara sah berikut selisihnya. Semoga saja alasan ‘mendadak’ itu bukan karena tidak banyak waktu lagi untuk re-programming agar nampak lebih ‘masuk akal’ hasilnya.
Silakan mencermati screenshot yang saya cantumkan. Dan silakan berhitung sendiri.
Leave a Reply