tips membuat feature

cat-funny-wallpaperSehubungan dengan tulisan Best Practice yang wajib “disetorkan” oleh seluruh TA USK KMP-2 dan KMP-3, saya mengutip tips membuat feature berikut ini. Sesuai rapat antara website dan seluruh TA USK beberapa waktu lalu, kami mengimbau agar tulisan Best Practice berbentuk feature, dan bukan straight news.

Untuk itu, silakan membaca tips membuat feature yang saya kutip dari blog O.Solihin (penulis beberapa buku bernuansa Islami, sekaligus editor web gaulislam.com). Rekan Solihin sendiri mengutipnya dari blog Journalist’s Adventure.

Untuk saya pribadi, tulisan ini sangat menarik dan membantu. Saya kira rekan semua juga sependapat. Selamat membaca…

Tips Membuat Feature

Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.

Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.

Berita kebakaran misalnya.. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis tinggal melihat mana angle yang tepat.

Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang terbakar, karena (misalnya, gedung itu adalah sebuah) museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya, karena (misalnya, kebakaran terjadi) di satu rumah jompo itu semua penghuninya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam mengangkat lead beritanya.

Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.

Untuk menulis feature ada beberapa hal penting.

1. Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi.

Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah, yang ternyata meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya.

Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya, “canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya.” Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.

2. Sajikan fakta-fakta yang kuat.

Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.

3. Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna.

Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.

4. Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir.

Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas.

6 Comments Add yours

  1. ida says:

    oooo,,,begitu ya??? tengkyu yach…

  2. NiNaGeuLiS says:

    sama-sama, Rekan Ida… đŸ™‚

  3. arh nasir says:

    tankyu banget mas ilmunya

  4. marv says:

    gud job…. teng man….
    terima kasih…

    salam kenal marv

  5. Agus_Istiyadi says:

    I am interested in this festure. Please send me a hand, how to create a feature. Thanks

  6. I am interested in this festure. Please send me a hand, how to create a feature. Thank you.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.