kenapa Allah membiarkan hidup ini berat?

english-verSuatu hari anak saya bertanya, “Jika Allah itu Maha Penyayang, kenapa kita diberikan cobaan dan masalah-masalah yang berat, Mam? Kenapa ada perang di dunia, masa sih Allah membiarkan hal-hal buruk terjadi pada manusia?”

Mendengarnya saya tersenyum. Itu pertanyaan yang pernah saya tanyakan ke guru mengaji waktu saya masih bocah. Dan, layaknya sejarah–cenderung selalu berulang, pertanyaan itu ditanyakan oleh anak saya. Kemudian saya mencoba menjawab, meski tidak persis seperti yang dikatakan ustadzah saya tiga dekade lalu (secara lupa jawaban persisnya gituloh, hehe..)

“Pernah ngga kepikiran, kalau manusia dikasih mudah melulu maka manusia ngga akan belajar, gak akan bertumbuh jadi kuat dan bijak, bahkan jadi gak mampu bersyukur sama nikmatnya kemudahan. Lha wong manusia dikasih nikmat sedikit aja biasanya malah lupa sama Allah kok.

Ada manusia yang diberi kemudahan, lalu dia merasa di atas angin, berkuasa, eeeh jadi bersikap seenaknya, lupa bahwa ada lagi Dzat mahakuasa yang bisa sewaktu-waktu mengambil kekuasan dia. Ketika akhirnya betulan kekuasaan dia itu ditarik kembali oleh Allah, diberi kesusahan, baru deh dia nangis-nangis minta ampun, dan tobat. Tapi saat dikasih kemudahan lagi, lupa lagi deh. Hehe.. Ya begitulah sifat manusia pada umumnya. Hanya sedikit manusia yang benar-benar komitmen pada tobatnya. Mudah-mudahan anak-anak mamam dan mamam sendiri, insya Allah, bisa termasuk golongan manusia yang “sedikit” itu. Kita ngga perlu jadi golongan mayoritas, cukup jadi minoritas, yang penting benar-benar mendapat ridho Allah.”

“Trus kenapa masih ada perang di dunia? Kenapa ada kejahatan?” tanya dia lagi, kurang puas rupanya.

“Kalau ngga ada kejahatan, apa kamu akan mengerti apa itu kebaikan?” saya balik bertanya. Anak saya terdiam, berpikir.

“Apa kamu akan ngerti mana yang benar kalau ngga ada yang salah?” tanya saya lagi. Anak saya mengangguk-angguk.

“Perang. Menurut mamam pribadi, perang adalah achievement tertinggi ego manusia. Namanya ego, apa ada bagusnya? Kamu pahami sendirilah. Di sisi lain, memang ada pihak-pihak yang sengaja melestarikan perang. Karena tanpa perang, mereka gak bisa kaya raya dari berjualan senjata. Tapi itu bahasan politik level tinggi, kamu belum perlu tahu.” Saya berhenti sampai situ, karena itu pembahasan untuk lain kali aja, kalau anak-anak sudah lulus kuliah dan siap melihat dunia yang sebenarnya. Hehehe… Hanya saja, anak saya tertawa mendengar kalimat terakhir mamanya tadi. Saya cuma bisa berasumsi anak saya insya Allah lebih cerdas daripada emak-bapaknya (they better be!) jadi tanpa saya jelaskan, mereka sudah mampu menangkap maknanya.

“Anyways, mamam yakin, Allah bukannya membiarkan kejahatan terjadi di muka bumi. Pastinya mudah saja untuk Allah memusnahkan suatu bangsa, seperti yang dilakukan-Nya kepada kaum Tsamud dan ‘Aad. Tapi kali ini mungkin Allah ingin melihat usaha manusia membantu sesamanya. Mungkin Allah ingin manusia belajar mengatasi masalahnya sendiri. Karena hanya dengan cara belajar itulah manusia bisa berevolusi, berkembang jadi lebih kuat, lebih tangguh, lebih pintar. Ya pastinya ada aja manusia unggulan yang ternyata malah jadi lebih jahat. Tapi pasti Allah juga sudah menciptakan manusia-manusia unggul yang berakhlak baik, sebagai penyeimbang. Nah, di situlah letak makna Allah Maha Adil. Wallahu a’lam.

Ini semua, kebaikan dan kejahatan, sudah berjalan sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi. Sekarang tinggal kitanya saja memutuskan, mau jadi golongan jahat atau baik? Kalau mau jadi baik, mintalah sama Allah yang berkuasa atas hati dan mampu membolak-balikkan hati:

YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBII ‘ALAA DIINIKA WA ‘ALAA THOO’ATHIK.

Wahai (Dzat) yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan di atas ketaatan kepada-Mu.

Menurut hadist, itu doa yang paling sering Rasulullah, SAW amalkan. Sudah diajarkan oleh Rasulullah, ayo kita ikuti supaya nggak keliru arah pulangnya kelak.”

“Aamiin. Siaaap,” sahut si bocah.

Alhamdulillah punya anak-anak yang cara berpikirnya “nyeleneh”, jadi emaknya gak boleh lengah leha-leha, justru musti belajar lebih banyak supaya nggak kalah kritis sama mereka. Hehehe..

Semangat Selasa, all.

ya-muqolibal-qolbu


Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: