Malam ini di rumah, saya berbincang dengan orang terkasih. Ia membahas soal hal-hal yang membuatnya marah. Begitu meletup emosinya, sampai saya bisa merasakan panas di hati gelisahnya. Saya tersenyum, lalu berkata, “Sayang, ingat nggak wasiat Rasulullah, SAW soal amarah? Pertama, janganlah marah. Janganlah marah. Janganlah marah. Kedua, manusia terkuat bukanlah ia yang menang bergulat, melainkan ia yang mampu menahan amarahnya padahal ia berhak marah. Sayang mau dong jadi manusia kuat seperti yang Rasul inginkan? Ayo, sayangku adalah manusia kuat dan sabar. Jangan lupa, Allah selalu menyertai orang yang bersabar..”
🙂
Usai bincang, entah kenapa saya mendadak takjub dengan kehebatan cinta yang Allah semaikan di antara kami. Ia datang dalam kondisi “membara”, pastinya berharap mampu menemukan kenyamanan dengan curhat kepada saya. Yang saya tahu, sudah belasan dini ia mojok di sajadah, tapi tampak hatinya masih gundah. Di sisi lain, saat ini saya sedang berkeringat dingin menahan sakitnya kontraksi rahim jelang haid. Kaum perempuan pasti paham betul sakitnya itu seperti apa. Bisa juga memicu amarah, bahkan perang dunia ke-11. Hehehe… Sakitnya gilak! 😀
Namun, begitu kesayangan saya menghampiri dan mengeluh, mendadak semua sakit ini hilang, berganti dengan tutur lembut dan hati benderang. Saya sendiri heran. Ehhh kok bisa ya? Padahal sepanjang perjalanan pulang, saya rasanya pengen “makan” orang. Hahahaha.. Saya hanya meyakini, pastinya Allah yang membalikkan hati saya, dari galau menjadi tenang. Mungkin juga sebenarnya Allah lah yang sedang menenangkan dia, melalui saya. Wallahu’alam.. Saya hanya berharap, Allah selalu melindungi dia di manapun berada, menyehatkannya, melimpahinya rezeki halal dengan cara halal pula. Aamiin..
Anyways, saya pernah menulis soal “Hai Manusia, Tahan Amarahmu” bertahun lalu. Silakan dibaca, jika berkenan. Semoga bermanfaat dan selamat berakhir pekan..