
Kalau saja aku mampu memutar ulang waktu,
Tak akan aku membiarkan diri jatuh bersimpuh di kakimu,
Tak akan aku membiarkan hatiku mengakar di hatimu..
Kini, laksana ruh yang bersenyawa dengan raga,
Aku harus memilih di antara dua:
Membiarkan hati ini mati perlahan,
Atau mencabutnya paksa tanpa belas kasihan..
Kepadamu, aku pernah berjanji–
Tena tappuna pangngaingku ri katte..
Percayalah itu akan kulakukan dalam sendiriku,
Karena Dirimu bukan dan takkan pernah menjadi milikku.
Selamat tinggal, separuh jiwaku..
Semoga dalam bimbangmu,
Dirimu menemukan kebahagiaan
Tanpa hadirku lagi di hadapan..
Leave a Reply