Malam minggu lalu

Malam minggu lalu di Tasikmalaya, Om saya, Dudi Syahdusaddina menyempatkan diri mampir me rumah Opa di sela kesibukan dan letihnya. Terima kasih Om Dhie.. ^_^

Om saya yang satu itu adalah salah satu adik mama Ida Husein yang paling dekat dengan almarhumah dan kami. Selain nostalgia mengenang mama, banyak nasihat yang Om berikan. Khususnya soal mengamalkan apapun kebaikan yang telah mama ajarkan kepada kami, karena itu adalah bagian dari meninggikan derajat mama di sisi Allah: anak2 sholehah. Aamiin..

Yang menarik, yayang sempat menelepon ketika saya dan Om berbincang. Agak aneh karena yayang tidak biasa menelepon di atas jam 9. Hanya 15 menitan sih, karena saya minta izin melanjutkan bincang dengan Om. Namun dari situ Om Dhie jadi paham kalau saya sekarang sudah ada yang menjaga. “Alhamdulillah atuh, Nien. Kamu memang butuh lelaki yang powerful (maksudnya berkarakter kuat). Supaya bisa membimbing dan melindungi kamu dan anak-anak. Bisa jadi tempat kamu curhat, karena udah ngga bisa curhat sama mama kan? Yah mudah-mudahan dia jadi imam yang terbaik buat kamu,” kata Om Dhie. Aamiin..

Meski begitu, saya bilang ke Om, semuanya terserah Allah. Niat ada, ikhtiar terus dilakukan, sisanya adalah tawakal kepada ketentuan Allah. Jika memang kami diamanahi untuk satu sama lain, alhamdulillah. Berarti rezeki tak terhingga, karena kami memang saling menyayangi dan merasa sesuai. Insyaa Allah. “Aamiin,” kata Om, menutup obrolan malam itu.

Selebihnya, sedihh… karena ngga nemu tukang pijat + lulur di Tasik. God knows I need one!! Dua tukang pijat yg direkomendasikan sedang mengantar rombongan calon haji, katanya. Ya, di desa kami (Manonjaya, Rajapolah) tu kalau musim haji ya begini, ramai-ramai mengantarkan calon haji. Itu tradisi di sini. ^_^

wpid-20140905_093450.jpgEh panjang amat cerita saya.. sekian dulu ah. Hehe.. btw, meski banyak yang berharap, saya masih belum sanggup menulis tentang apa yang terjadi dengan almarhumah Mama. Kenapa beliau begitu mendadak perginya. Masih perih luka itu, membuat kecerdasan dan kemampuan saya merangkai kata juga jadi tumpul. Next time ya. Bukan berarti saya masih terus meratapi beliau, saya hanya masih merasa otak ini blank dan hal itu ngga dibuat-buat, PUN ngga bisa dipaksa hilang. Yang penting saya tau kok kapan harus berhenti. Mama mengajari saya menjadi perempuan tangguh. Namun rehat sebentar, tak ada salahnya kan? Saya akan lari lagi kok, segera. đŸ˜‰

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.