As published at: http://www.pnpm-perkotaan.org/wartadetil.asp?mid=6580&catid=3&

Bicara kemungkinan penatnya peserta, tampaknya para pemandu PNPM Mandiri Perkotaan juga memiliki tips ice-breaking antijenuh yang tak kalah cerdas. Dalam hal ini saya saksikan sendiri di Kelas E—TOT SMH bagi PNPM Mandiri Perkotaan wilayah 2. Dengan pemandu Boyke Nugraha, Sub TA Pelatihan KMP wilayah 2, metode ice-breaking yang diterapkannya sederhana, tapi memancing banyak tawa dan me-refresh benak.
Caranya, semua peserta diminta berdiri mengelilingi menghadap ke pemandu, kemudian pemandu memberi aba-aba. Hanya saja para peserta harus melakukan eksekusi yang berlawanan dengan aba-aba. Semisal, diteriaki “Angkat tangan kiri, grak!”, peserta harus mengangkat tangan kanan, dan sebaliknya. Atau, “Jongkok, grak!”, peserta harus melompat, dan sebaliknya. Hal ini bisa dikatakan cara lucu menguji konsentrasi peserta. Jika ada yang gagal “melawan” aba-aba tadi maka peserta tersebut harus masuk ke dalam lingkaran dan menggantikan pemandu memberikan aba-aba. Ice-breaking ini cukup dilakukan 5-10 menit, tapi efektif menghalau kantuk dan jenuhnya benak. Bravo!
![]() |
![]() |
![]() |
http://www.youtube.com/watch?v=OcxTHaDa_tU
Klik video guna melihat metode ice-breaking |
Di Kelas F, beda lagi. Menurut salah satu pemandunya, TA SIM KMP wilayah 2 Adih, kelasnya menerapkan sistem “bullying”—tentu saja bukan bullying (mengejek) betulan, melainkan hanya sekadar istilah yang mendekati dengan tindakan mengejek massal, he he, sama saja ya? Bully-bully, begitu Kelas F menyebutnya, hanya diterapkan bagi yang melakukan kesalahan. Semisal, terlambat masuk kelas, apapun alasannya.
Dan, rupanya Kelas F menganut kesetaraan, karena penerapan “bully-bully” berlaku bagi siapapun, peserta, pemandu, bahkan pemandu tamu—dalam hal ini Parwoto Tjondro Sugianto dari Bank Dunia. Contohnya saja, ketika Adih terlambat masuk kelas, sepanjang sesi tersebut ia harus mengenakan papan nama “Sorry, Anomali” yang ditempelkan di dadanya. Ada juga peserta lainnya yang harus memakai papan nama “Saya Lelet” sepanjang sesi, karena ia memang terlambat masuk kelas. Cara seperti ini tidak hanya menghalau kejenuhan, tapi juga mengajari punctuality (kedisiplinan waktu), rasa keadilan (karena tidak ada yang diistimewakan) dan menjalin keakraban satu sama lain, baik antarpeserta maupun antara pemandu dengan peserta. Mantab, Mang!
![]() |
![]() |
TOT hari ke-3 diakhiri dengan rapat pleno—menggabungkan keseluruhan ide yang sudah disampaikan, dan mensosialisasikannya kepada semua peserta TOT Penguatan. Ada yel-yel menarik yang diajarkan oleh wakil peserta sebagai pembicara. Yakni “Salam Metal”—artinya Mendampingi secara Total. Saya pribadi mencatat ini sebagai slogan penyemangat yang bisa terus digunakan ke depannya.
Pelaksanaan TOT Penguatan hanya tinggal hari ini. Materi yang akan dibahas habis seharian ini adalah soal Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK). Setelah itu, keesokan harinya langsung disambung dengan Expert Group Meeting (EGM), hingga penutupan pada Kamis, 27 Maret 2014 mendatang.
Memang sungguh menarik mencermati TOT Penguatan 2014 ini. Selain materinya, peserta dan pemandunya pun sudah tampak solid. Sekarang tantangannya adalah meneruskan semangat, masukan dan ilmu yang didapatkan di Tangerang ini ke pelaku PNPM Mandiri Perkotaan di provinsi masing-masing TA. Bisa kah? Pasti bisa! Salam Metal!! [Redaksi]