![]() |
Diksi = pilihan kata |
Sambil memroses tulisan Askot CD PNPM Mandiri Perkotaan Kota Bitung Feidy J. Kemur tadi, saya sekalian merancang tips dan trik soal diksi–seperti yang saya janjikan beberapa waktu sebelumnya kepada Pak Feidy dan juga Kang Muhammad Ridwan (Lampung). Selain diksi, ada beberapa tips lainnya nih. Semoga bermanfaat yaa..
(1). Diksi.
Secara definisi, diksi (kata benda) artinya pilihan kata; penggunaan kata yang sesuai dalam penyampaian suatu gagasan dengan tema pembicaraan, peristiwa, atau pemirsa. (Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Drs. Peter Salim, M.A/Yenny Salim, B.Sc, Modern English Press Jakarta, Edisi Ketiga, 2002).ย Ehem, sepertinya saya harus beli kamus baru, secara EYD itu selalu mengalami perubahan setiap 3 tahun. ^_^
Jadi, diksi ini terkait erat dengan kemampuan kita mencari sinonim (persamaan kata). Dalam dunia media, khususnya media cetak, seorang reporter/pewarta sangat dianjurkan memilih kata yang paling ringkas, lugas (tidak berbelit-belit), dan tentu saja, tepat.
- sampai dengan = hingga (lebih ringkas)
- sekitar = sekira (lebih tepat)
- saat ini = kini
- sekarang = kini
- terdiri dari = terdiri atas (tepat)
- Rp30ribu = Rp30.000
- Rp2 M = Rp2 miliar
(2). Tidak perlu mengulang kata sebagai pengganti keterangan jamak. Cukup satu kata saja: program-program = program, institusi-institusi = institusi, gara-gara = gegara, dan seterusnya.
(3). Menggunakan koma (,) sebagai pengganti “bahwa” atau sebaliknya.
Contoh:
—————— atau ———————–
Dalam presentasinya Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kota Bitung Teddy Sulangi mengatakan bahwa Kota Bitung telah mengalami banyak perkembangan dalam beberapa tahun belakangan ini.
Jika maksudnya BUKAN arah/tempat/lokasi, maka “di” tertulis menyambung dengan kata berikutnya: dirasakan, dilakukan, dipaparkan, diberikan, dilayangkan, dan seterusnya.
(5). Perhatikan narasumber (narsum) yang berbicara di setiap paragraf. Statement dengan kalimat aktif (kutipan langsung) maupun pasif (berupa kalimat biasa/non-kutipan) harus selalu diikuti dengan keterangan siapa yang mengatakannya. Jika sudah berganti narasumber, maka nama narasumber harus disebutkan agar pembaca dapat membedakan.
(6). Biasakan membuat tulisan yang teratur. Jika sedang membahas satu narsum, silakan bahas sampai habis semua pernyataannya. Jangan meloncat dari narsum A ke narsum B, ke narsum C lalu ke narsum A kembali kemudian ke C, dan seterusnya. Meskipun secara kronologi (urutan kejadian/event-nya) memang demikian, tapi–ini seringkali saya ingatkan–pewarta/penulis seharusnya TIDAK TERBELENGGU KRONOLOGI.
(7). Menyingkat tulisan adalah HARAM hukumnya. hehehe.. Anda sedang menulis artikel/berita, bukan SMS, jadi jangan disingkat-singkat yaa!
- Yg = yang
- Dll = dan lain-lain
- Dst = dan seterusnya
- Dlm = dalam
(8). Cara menyambung satu paragraf dengan paragraf berikutnya? Simpel. Gunakan kata sambung.
- “Sementara itu, … … …”
- “Pada kesempatan yang sama … … …”
- “Pada kesempatan berbeda..”
- “Senada dengan A, B mengatakan, … … …”
(9). Hindari penggunaan kata yang sama (itu-itu saja) dalam satu kalimat.
Banyak hal yang bisa dilakukan oleh Babe Heru yang setiap harinya dipangil oleh temen-temen faskel serta jajaran pegawai korkot lainya yang selalu ketemu di Korkot.
Penggunaan kata “yang” di atas bisa dibilang rancu, apalagi menggunakan kalimat majemuk.
Hasil editan kalimat tersebut (setelah saya berpikir 20 menit bagaimana mengubah kalimatnya agar lebih ringkas dan dimengerti pembaca):
Contoh berikutnya (masih dari tulisan yang sama, hohohoho..)
“Yang menarik waktu diskusi dengan faskel serta askot banyak hal pemikiran dan ide yang memang nyata dimasyarakat diutarakan.seperti contoh yang dialami sendiri terkait dengan kegiatan social yang mereka kawal seperti kegiatan pelatihan yang selama ini dilakukan belum benar-benar menyentuh dan menyelesaikan kebutuhan masyarakat”
Hasil editannya:
— Bisa lihat perbedaannya kan, kawan-kawan? Mana kalimat yang lebih lugas dan lebih mudah dimengerti pembacanya? ๐
Nah, jadi, mohon kawan-kawan mengerti kenapa saya, sebagai editor, seringkali mengabaikan tulisan membingungkan (untuk saya) dan lebih mengutamakan menayangkan tulisan yang mudah untuk saya mengerti. Jikapun ternyata ada salah satu kawan yang tulisannya sudah lugas, tapi saya luput memasangnya sebagai prioritas tayang, bisa dipastikan tulisan tersebut terkena dampak dari pusingnya saya bertemu dengan tulisan membingungkan tadi. huehehehe.. *alesan* ๐
Baiklah, segini dulu tips dari saya. Semoga bermanfaat untuk kawan-kawan yang sedang belajar menjadi pewarta ataupun penulis. Aamiin.. Good luck dan tetaplah menulis. Sejatinya, penulis paling baik adalah mereka yang tidak pernah berhenti menulis dan tidak berhenti belajar serta memperbaiki kemampuannya. Semangat!
Jika ada kawan sesama editor atau pemerhati bahasa Indonesia membaca tulisan ini, silakan masukan dan kritiknya disampaikan. Saya tunggu yaa.. ๐