Thank God it’s Tuesday!

Hehehe.. saya mlesetin Thank God it’s Friday, jadi Tuesday.

Betapa tidak, banyak kejadian rada aneh yang dialami rekan-rekan web hari ini. Yaah, bisa dikatakan kejadian-kejadian tersebut bikin rasa sentimentalisme (waduh, apa pula itu artinya?) tersentil. hehe..

Pertama, soal Bos Web yang tetap semangat bekerja meski sakit parathypus mengancam. Padahal, beliau harus segera menyelesaikan pekerjaan sebelum berangkat menuntut ilmu ke Prancis pertengahan Juli nanti (Seharusnya beliau berangkat pertengahan Juni, diundur jadi pertengahan Juli. Yay!!! Masih berkesempatan ditraktir donat! hehe..)

cakit peyuuutSaya sempat mencandai Pak Aries, saya bilang, “Pak, parathypus itu bisa berulang. Seharusnya Bapak bed rest selama 6 bulan. Kalau nggak, nanti mati, Pak!” Hehehe.. Saya kejem ya? 😛 Wehh, tapi beneran lho! Setahu saya, parathypus tu lebih menyeramkan daripada tipus. Soalnya menyerang pencernaan dan bisa kena berkali-kali. Setiap kali kena, sakitnya bertambah parah. Bisa lemes tujuh rupa tuh! (kirain kembang doang yang tujuh rupa ya? hehe..)

Tapi, syukurlah, keliatannya Pak Aries kian hari kian membaik, walau kadang keliatan lemas dan telinganya jadi budek. Hahaha.. Abisnyaaa, kemarin diajak bicara, pasti salah dengar terus! Mungkin itu gara-gara mengangkat server ke kantor ya? Tenaga yang dikeluarkan dengan mengejan mempengaruhi syaraf pendengaran. Hehe.. *nina masih kejam*

wataaaa!Kedua, Kang Fajar yang nyaris jadi peuyeum (atau tape singkong, yang diragi dan jadi empuk) gara-gara kereta api kesayangannya (hehe..) mogok di tengah jalan. Sekitar satu jam menunggu, bolak-balik di dalam dan di luar kereta, akhirnya kereta jalan juga. Lumayan tuh, mana saling desak-desakan kaaan.. Sudahlah panas, berdempetan, bau campur aduk pula–mulai dari aroma parfum Christian Dior sampai aroma asam ketiak orang yang kesiangan berangkat tapi kelupaan mandi! hehe..

snottKetiga, Pak Dedi, yang mendadak dangdut..eh, mendadak kleyengan sebelum berangkat. Akhirnya dikerokin dulu oleh istrinya. Wah, soal masuk angin, memang sedang musim. Heran deh, kenapa nggak musim masuk ABRI aja toh, daripada masuk angin kan gak endah.. 😀

Keempat, terjadi sama saya sendiri. Mobil yang saya dan suami kendarai mengalami pecah ban. Mobil saya (Toyota Avanza Silver G 1,3 CC, hadiah dari ayah saya sejak Mei 2005 lalu) sudah ganti ban baru, tapi ada ban lama yang tetap nangkring di tempatnya, tepatnya di bagian kanan belakang. Kami masih memakai ban lama tersebut karena kembangnya masih baik, hanya saja mungkin, umurnya sudah tua (3 tahun). Dan, rupanya ban itu sudah tidak kuat lagi melawan panasnya aspal Jakarta. Akhirnya, ban tersebut pecah di Jalan Tol TB Simatupang.

ngueeeeeng...Pantesaaaan, sejak berangkat dari rumah, Miss Kitty (nama mobil saya, karena ada patung kucing berwarna putih-biru dan kepalanya bisa goyang-goyang, hehe..) sudah menunjukkan gelagat tidak enak. Suami sempat menambah angin, tapi mesin tetap tidak halus jalannya. Bahkan, cenderung endut-endutan. (Heleh! bahasa apaan tuh endut-endutan..) Ehem! Maksudnya, tersendat-sendat.

Memang sih, bagaimanapun juga, Avanza kan mesinnya tetap Daihatsu (Xenia) punya. Mesin Daihatsu sendiri terkenal gak bisa diajak pelan, harus tekan gas terus supaya nggak tersendat-sendat. Kami mengontrol buangan emisi lho, jadi rasanya nggak mungkin gara2 emisi (FYI: emisi gas buang yang kotor bisa menyebabkan mesin tersendat lho..) Tadinya kami pikir, mungkin ini sudah waktunya ganti oli. Apalagi weekend kemarin orangtua saya menggunakan Miss Kitty untuk pergi ke Bandung.

Untung saja, suami saya nggak ngebut. (Padahal dia biasanya ngebut. Maklum, sembalap. hehe..) Di detik-detik menjelang ban meletus, suami saya memberitahu, “Lihat, Nda, kecepatan segini saja mesinnya gemetar.” Saya lihat tachometer, hanya 70kph lho! Hah, tumben! Biasanya saya geber 120 kph saja masih stabil kok.

Lho, ternyata ini suami istri sembalap toh?

hehe.. iyaa.. *sambil malu* Saya orangnya gak sabaran, jadi kalau nyetir juga gak bisa alon-alon. Biarpun saya ibu-ibu, nyetirnya tetap tangkas dan gesit dooong.. 😉 *weleh, malah curhat sehh*

Kembali ke cerita di tol. Gak lama setelah suami menunjukkan kecepatan, ban meletus. “BLEP” gitu bunyinya. Untung aja, pas suami nyetir di kecepatan 60 kph, jadi mobil tetep stabil. Dan, yang terpenting, dia nggak panik. Tanpa basa-basi suami langsung turun dan ganti ban. Petugas JORR menghampiri dan ikut membantu. Makasih ya, Pak.. 🙂

Setelah beres, kita meluncur lagi. Ajaib! Kali ini mesinnya berjalan mulus. Suami saya sampai terheran-heran. “Aku masih bingung, apa hubungannya ban ke mesin ya? Harusnya sih gak ada kaitannya! Aku ngerasa aneh deh..”

“Lho, emang biasanya gak pengaruh ya ban jelek ke mesin?”

“Harusnya enggak. Hanya mungkin jalannya jadi berasa gak enak aja. Tapi, nggak bikin mesin jadi endut-endutan kayak tadi. Emang sih itu yang pecah tadi tuh ban yang udah tua. Bukan ban baru,” jawab suami. Saya percaya aja, soalnya suami saya ngerti mesin, jadi jelas dia lebih jago daripada saya. hehe.. 😀

“Jadi, kayak mobilnya mencoba ngasih tau kita, kalau ban akan pecah ya?” sahut saya.

“Iyaaaa.. Bisa jadi!” suami saya langsung menunjukkan muka kaget bercampur lega.

Lalu, dari TKP sampai ke kantor masing-masing, Miss Kitty baik-baik aja tuh! Meluncur dengan mulus. Heran gak seh? Yang jelas, Terimakasih ya Allah, telah melindungi kami semua–saya, suami dan rekan-rekan kerja–, sehingga selamat sampai ke kantor. Mudah-mudahan perlindungan yang sama terus diberikan oleh Allah ya.. Amiiin..

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.