Beberapa hari lalu, saya sempat mendapat email dari Pak Dade, Fasilitator di Klaten (KMW 14 P2KP-2 Jateng). Isi email Pak Dade sebagai berikut (saya kira ini bisa untuk sharing juga nih..)
Berikut jawaban saya:
Assalamu’alaikum wr wb.,
Pak Dade, akhirnya saya bisa nge-email juga! hehe.. sejak kemarin ada trouble, susah masuk ke yahoomail nih. Nah, soal tulisan kemarin, mari kita bahas.. Bismillahirrahmannirrahiim..
Pak Dade, soal goling lele itu, sudah pernah tayang lhoo.. Inget nggak dulu Pak Dade pernah ngirim tulisan “Umbul Goling, Obyek Wisata Mistik dan Kuliner”? Coba deh dilihat di http://www.p2kp.org/wartadetil.asp?mid=1951&catid=3&. Meski begitu, kalau ingin diperdalam lagi, boleh, Pak..
Menurut saya, sama seperti email hari Senin lalu, intinya tema tulisan yang akan Pak Dade angkat tuh sudah bagus. Saran saya sih, tulisan seperti ini dijadikan feature saja, jangan straight news. Karena, kelemahan straight news itu bahasanya kaku dan terlalu saklek. Sedangkan tema yang ingin diangkat Pak Dade (menurut saya) lebih bagus dijadikan tulisan yang deskriptif, dengan tujuan menyentuh & membujuk kesadaran pembaca agar lebih care dengan tempat-tempat historis semacam umbul goling tersebut.
Nah, untuk memperkaya isi tulisan, Pak Dade bisa mencari narasumber yang berkompeten, seperti kepala desa setempat atau para tetua yang sangat “fasih” dengan sejarah goling tersebut. Ini berguna untuk menyentuh masalah historis-nya, agar rasa sentimentalisme dan humanisme pembaca tergerak.
Info tentang sejarah berbau mistik di balik sebuah tempat itu selalu menarik untuk diikuti, mengingat masyarakat kita memang masih akrab dengan hal-hal yang bersentuhan dengan alam dan Tuhannya.
Sejarah juga bisa digunakan sebagai alat yang kuat untuk mengajak masyarakat (pada umumnya) dan pemerintah daerah (pd khususnya) agar melestarikan peninggalan budaya di tempat tertentu, karena bisa dikembangkan sebagai tempat wisata (misalnya, seperti yang pernah Pak Dade tulis), yang tentunya akan menambah pendapatan daerah juga.
Adapun hal yang bisa digali, antara lain,
– Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap “nyaris hilangnya” sumber air terpenting di desa mereka. Dengan pulihnya goling, tentu mereka akan punya opini yang bagus.
– Bagaimana perhatian pemda terhadap hal serupa di atas?
– Bagaimana proses pengajuan pemulihan sumber air, sehingga berhasil masuk ke dalam PJM BLM I.
Nah, dari “proses” di atas bisa didapatkan 5W 1H, misalnya kapan saja pelaksanaan rembug/saat menyusun proposal utk PJM Pronangkis; Kapan pengerjaannya; Siapa saja & berapa banyak masyarakat yang berpartisipasi mengerjakan kegiatan; Bagaimana antusiasme masyarakat saat dan sesudah pengerjaan; Apa saja harapan-harapan ke depan dari mereka.
Begitu saran (sementara) dari saya, Pak Dade. Mudah-mudahan ucapan saya bisa menginspirasi Pak Dade dan lebih banyak memberikan Bapak ide yang lebih fresh lagi ya, Pak? Semoga bisa membantu nih.. hehe..
Oke, Pak Dade, selamat menulis! Saya yakin tulisan Pak Dade bagus! Memang semakin hari, saya lihat, kemampuan menulis berita/cerita Pak Dade semakin terasah, saya sangat senang mengeditnya.. 🙂
Hatur nuhun dan good luck ya! Bravo Klaten! Wassalamu’alaikum wr wb.