maaf, sempet absen

iya nih, sempet absen kemarin (Senin, 12 Nov 2007), karena suami sakit.. 😦 But, he’s fine now.. Udah sama-sama berangkat kerja lagi kok..

Hari ini saya nerima lagi artikel “Kegelisahan Bercerita”. Dan ini, ketiga kalinya artikel tersebut dikirimkan ke redaksi.

Wah, mohon maaf Mas Rahmat (penulis dan pengirim email), saya belum sempat membalas email feedback bahwa tulisan tersebut sudah diterima sejak 27 Oktober kemarin (yang dikirim via web wartalist). Dan, kemarin saya dapat via email ke pusinfo. Maaf, belum tayang juga, karena problem teknis di kantor (di antaranya koneksi internet yang gak stabil). Bukan karena tulisannya tidak bagus. Untuk penayangannya, sabar yaa..

Hari ini juga saya tayang tulisan dari Maluku Utara (KMW 14 UPP-3), penulisnya Pak FS Zuhry. Biasanya kami SMS-an kalau sudah ngirim atau tayang tulisan. Tapi, kelihatannya Pak Zuhry sekarang sibuk banget ya di Maluku Utara, jadi sudah tidak pernah SMSan lagi nih..

However, saya punya penulis-penulis favorit saya di P2KP ini. Di antaranya Pak Zuhry, Pak Teguh, Mbak Ade Syerni. Juga ada satu yang “kehilangan” kontak sama sekali, yaitu Pak Wawan Priatna (TA Monev KMW 12 Jabar UPP-2) nggak tau apakah beliau masih di KMW 12 tersebut?

Kenapa saya senang dengan tulisan-tulisan mereka?

Pertama, Pak Zuhry dan Pak Teguh, biasanya menulis hal-hal yang deep, dengan bahasa yang baik pula. Seperti, ambivalen, ambigu. (saya aja ngga ngerti apa arti literalnya kata-kata tersebut klo ngga googling atau tanya Fajar. hehe..)

Kedua, Ade, karena semangat “belajar” nulisnya itulah yang bikin saya antusias berkomunikasi dengan Ade. Apalagi dia sempat dibimbing Mas Rachmat Gunarto (mantan Askot Belitung, yang dipindah ke Palembang).

Ketiga, Pak Wawan, karena tulisannya paling mudah diedit. hehe.. maklum, dengar-dengar cerita, beliau dulunya juga wartawan. Pantesaaan! 😉

Memang, mengedit tulisan dari wartawan (apalagi wartawan yang bagus) sangat mudah dan menyenangkan. Kuota berita 15 per hari juga bisa dipenuhi. Tapi, untunglah, di web tulisan ngga perlu banyak-banyak per hari-nya, karena klo dihabiskan sekaligus, besok tayang apa? hehe.. Maklum, kontributor kita terbatas, dan hanya mengandalkan rasa saling percaya dan itikad baik saja. Klo profesional seperti detik yang update berita puluhan per hari, tentunya mesti dengan cost yang tinggi pula..

Ah, saya tiba-tiba teringat ucapan Pak Jenderal Polri Sutanto (Kapolri) saat beliau sedang fit and proper test di gedung DPR/MPR, di hadapan Dewan Komisi III (dan Komisi I juga? Saya lupa..) pertengahan 2005. Waktu itu Pak Tanto membicarakan tentang “proposal” gaji untuk bintara Polisi. Beliau bilang, untuk hidup layak, gaji ideal untuk para bintara mestinya Rp 7 juta. Itu baru layak. Tapi, segera diberondong pertanyaan bertubi-tubi dari para anggota komisi, “Lha, klo bintaranya saja Rp 7 juta, gimana Pamen, Pati-nya?”

Pak Tanto waktu itu cuma tersenyum. Lalu beliau bilang, “Itu kan idealnya, Pak. Lagipula, professionalism never comes cheap..” Saya yang sedang meliput di balkon ruangan, langsung tertegun. Betul juga! 😉

By the way, cita-cita Pak Tanto agar anak buahnya ber-gaji Rp 7 juta sebulan rupanya diungkapkan juga saat memberi pengarahan dalam Musyawarah Nasional MUI di Jakarta, 27 Juli 2007 lalu. (klik di sini, info dari tempointeraktif).

Yuk, kita doakan saja, agar pemerintah mau memberikan gaji memadai bagi para penegak hukum (Polisi, kejaksaan dan hakim) serta “penjaga” keamanan negara (TNI). Saya kira, jika kebutuhan hidup tercukupi, kita ngga akan memikirkan tindakan kriminal ya? Kalau gaji besar tapi masih ada yang korup juga, baru dehh…bantai. *halah!* hehe.. eh, kok OOT gini yaa? maap! 😀

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.