Sebenernya sih ngga ada kaitannya, alias Jaka Sembung bawa goblok (gak nyambung, golok.. eh, terbalik ya? hehe..)
Hanya saja semuanya jadi ada kaitannya gara-gara Pak Aries ngasih ide “Letusan Tulisan Partisipatif”. Halah!! 😀 kok bisa? Saya ceritain deh..
Awalnya, Tim Web merasa perlu kejelasan terkait pengiriman tulisan, karena rilis terakhir menyebutkan tulisan harus melalui Unit Satuan Kerja (USK) masing-masing, seperti Sosialisasi, Keuangan, Infrastruktur, dst. Dan, tanggung jawab ada di tangan TA masing-masing USK di KMP. Tapiiiiiii….itu khusus untuk BEST PRACTICE.
Menurut kami, alasan TA yang menjadi penanggungjawab atas tulisan-tulisan best practice, karena hanya TA masing-masing unit lah yang ngerti apa saja indikator BEST. Kita yang di web kan hanya publishing dan maintenance seputar web. ya gak? Hanya TA–sebagai pihak yang paling menguasai bidangnya–berkapasitas untuk menentukan indikator Best Practice. Sayangnya, mekanisme tersebut belum lancar dari semua USK. Baru Tim TA Sosialisasi KMP-2 aja yang gencar ngirim tulisan Best Practice. Mudah-mudahan para TA di USK KMP-2 dan KMP-3 bisa segera mengirim Best Practice masing-masing, yang (MUDAH-MUDAHAAAAAN) sudah diedit oleh tim mereka. Jadi, di web hanya tinggal mbaca, koreksi jika diperlukan, lalu publish.
So far, saya merasa sangat terbantu oleh Tim TA Sos KMP-2. Karena, setiap tulisan yang dikirim oleh Pak Dwi (yang bertugas ngirim ke web) biasanya sudah rapi jali, ada fotonya, ada captionnya, tinggal koreksi ejaan/teknis sedikit (gak perlu bongkar-bongkar paragraf yang sangat melelahkan pikiran itu!), jadi begitu terima, bisa langsung publish. Apalagi yang namanya Best Practice ini kan prioritas tayang. Terimakasih, Teh Iroh (TA Sos KMP), Bu Dini dan Pak Dwi.. Ohya, Pak Dwi pernah di media cetak juga, dan dia pernah jadi redakturnya sobat saya (Diah Wulandari) di Bisnis Indonesia.
Itu soal Best Practice. Lalu, bagaimana soal tulisan lain: Berita, Cerita, Artikel, Profil BKM/Kelurahan, dan galeri? Pengennya nih, redaksi web tu lengkap. Minimal nih, ada Pemred (Pak Aris bisa deh jadi pemred-nya), ada redaktur pelaksana (merangkap editor/korektor lah), ada wartawan. Semuanya biar isi web lebih fresh. Sayangnya, kita gak dikasih wartawan khusus web sih..! Kalau saya yang terjun langsung, hayu aja, tapi kerjaan saya di kantor siapa yg handle? Fajar udah overload ngurusin seluruh konten di web, Kang Dedi juga sibuk ngurusin teknis website, dan Pak Aries pastinya sibuk lah..
Yang jelas, apapun yang bisa kita kerjakan, ya kerjakan dululah.. Jangan nunggu-nunggu situasi ideal lalu baru jalan. Nanti malah gak ada yg jalan sama sekali dong..
Nah, menurut Pak Aries, tulisan selain Best Practice, langsung dikirim ke redaksi saja. Mungkin ini yang kurang dipahami oleh para KMW se-Indonesia. Mereka mengira, semua tulisan harus lewat KMP. Duh, ini memang pe-er nya Web, yaitu memperjelas konsep mekanisme pengiriman lagi! Makanya, kita rilis “Menunggu Letusan Partisipasi Tulisan”.
Lho, ngapain ada letusan-nya sih??
Yah ituuuu.. gara-gara Bos Aries. hihihihii.. 😀
Selesai saya minta statement dari Bos Aries, lalu buat beritanya, tiba-tiba aja saya kesulitan membuat paragraf pembuka. Maklum, berita yang ditulis agak-agak feature, bukan straight news.
Sebenernya saya udah tau apa inti paragraf pertama: “Kiriman tulisan partisipatif dan best practice tampaknya mulai kedodoran. Diharapkan, KMW dan USK kembali aktif mengirimkan tulisan yang akan dipublikasikan.” Nah lho, udah sampe di blog, malah lancar bikin lead! hahaha..
Kemarin itu, entah kenapa saya buntu! Kata-kata apa yang tepat dan lugas untuk dijadikan lead dan judul? Lalu, saya minta Bos Aries memberi masukan, sekaligus membaca hasil berita yang saya buat. Mengenai isi, beliau setuju. Sedangkan soal paragraf pertama, “Saya kasih nih, paragraf pertama..”
Dan, jadilah…. Berita dan cerita di situs p2kp.org saat ini sepertinya datar dan kadang tersendat bagai letusan gunung “kelud” yang tak kunjung tiba. Apatah lagi tulisan bestpractice dari setiap USK mungkin lebih seperti anak gunung “Krakatau” yang meletus tapi tidak membahayakan. Jadi sebaiknya kita menjadi seperti letusan gunung edna di pulau sisilia italia yang meletus terus menerus tidak membahayakan, tetapi membahagiakan karena indah dipandang dan mengagumkan.
Wakakakakaka… Tanpa maksud menghina, saya tertawa keras sekali setelah membaca paragraf tersebut. Bos Aries juga malah tertawa geli. Saya kira, Bos Aries juga sudah menangkap isi keseluruhan. Hanya saja, “letusan”nya itu lhooo yang membuat saya terbahak sambil geleng kepala.
Meski “kocak”, paragraf tersebut pun saya seriusi. Hasilnya, saya makin berkerut dahi, berpikir keras mencari kalimat yang lebih nyambung, lebih enak dibaca, lebih dimengerti. Melihat saya berkali-kali memijat dahi dan mengusap muka, Bos Aries makin terbahak. “Si Nina pusing ngeliat tulisan gue,” serunya sambil tertawa. Saya jadi ikut geli. Mungkin memang begitu ya, yang namanya editor. Setiap tulisan, pastinya dicermati lalu diresapi.. *halah!*
However, beritanya sudah ditayang di web kok.. silakan baca di sini.
Saya ingat ucapan Pak Chairil Makmun, Redaktur saya di Harian Jakarta dulu. “Jadilah wartawan yang berpikir seperti redaktur. Buat tulisan sambil memperhatikan tiga hal: tata bahasa, gaya bahasa, dan rasa bahasa.
“Tata bahasa: kalian semua sudah ngerti, diajarkan sejak SD bukan? gaya bahasa: adalah ciri khas kalian dalam menulis. Nah, rasa bahasa adalah ‘jiwa’-nya tulisan kalian. Kalian harus bisa merasakan kata-kata yang kalian pilih sendiri dalam tulisan. Bener nggak sih kalimat yang dipilih, sehingga pembaca mengerti maksud kalian sesuai yang kalian sendiri harapkan..”
Duh, saya kangen sama Pak Makmun. Saya masih perlu belajar lebih banyak nih..
Leave a Reply to p2kafe Cancel reply