[Opini] Tantanglah Diri Sendiri

Pagi ini saya teringat dua pepatah, dari hadist, insyaa Allah.

“Bicaralah yang baik, atau diam.”

“Sampaikanlah kebenaran walau hanya satu ayat/kalimat.”

Saya menginterpretasikan dua pepatah itu ke dalam profesi saya sebagai penulis. Buat saya, bicara, berkata-kata, menyampaikan sesuatu, khususnya dalam tulisan, adalah salah satu cara berbagi ilmu, sekaligus mendidik orang yang membacanya. Untuk itu, penting banget berkata (dan menulis) yang baik, dengan cara lugas, dan bahasa (ejaan dan penggunaan tanda baca) tepat pula, meski isi tulisannya sangat ringan.

Dikaitkan dengan pepatah pertama, “Berkatalah yang baik, atau diam” punya makna ganda. Yakni isi perkataan yang memang (harus) baik, yaitu berupa imbauan dan ajakan melakukan hal benar, baik, demi mencapai ridho Allah, pun cara menulisnya yang harus baik: lugas, tepat. Jika tidak bisa berkata (dan juga menulis) yang baik, diamlah. Tidak usah berkata dan menulis. Eiiiits, tunggu, jangan suudzon dulu. Saya menulis kalimat “tidak usah berkata dan menulis” itu bukan untuk mengecilkan kemampuan orang lain. Justru kebalikannya, itu adalah kalimat sarkastik. Maksudnya, kita harus mampu memaksa dan mendidik diri sendiri agar selalu berkata (dan menulis) yang baik, dengan cara tepat/lugas pula. Ini adalah tantangan. 🙂

Tak berbeda dengan pepatah kedua, “Sampaikanlah kebenaran walau hanya satu ayat/kalimat.” Kata “sampaikan” di sini masih ada kaitannya dengan isi dan cara menyampaikan; ya harus benar, baik dan tepat. Selebihnya penjelasan, lihat paragraf di atas.

Ribet? Harus berani ribet jika hidup mau terasa asyik. Hehehe.. Inti dari status saya ini sebenarnya sederhana: beranilah menantang diri kita untuk selalu improve (meningkat), berani berubah, berani berhijrah. Jangan puas hanya dengan ilmu yang kita punya saat ini. Apalagi, laksana bilah pisau, ilmu apapun yang tak diasah niscaya akan tumpul. Ibaratkan hidup sebagai kue yang lezat. Jika pisaunya bagus, kita akan mampu menikmati kue lezat tersebut. Jika tidak, lalu kita memotong kue dengan pisau tumpul, kue lezat tadi akan berantakan dan tak lagi indah dipandang, menyurutkan selera dan mungkin juga rasa. Yang parah, ya jika kita tak punya pisau. Karena, seiring waktu kue lezat tadi akan membusuk tanpa termanfaatkan.

Ayo terus semangat belajar sampai liang lahat. Paksa dan didik diri sendiri untuk jadi yang terbaik, bagi diri sendiri dan juga bagi orang sekitar kita. 😊 Semangat Selasa, ya.

Oh ya, cerita lebaran saya dua minggu di Bali kemarin, nanti saya sharing ya.

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.