
“Apa pisang kipasnya sudah on board?” tanya Ainun. Pertanyaan itu membuat kru pesawat terpana.
“Tanpa menyantap pisang kipas, suami saya tidak bisa beraktivitas dengan baik,” lanjut dia, seraya melirik suami tercinta, Bacharuddin Jusuf Habibie, yang waktu itu menjabat sebagai Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI).
Begitulah adegan, yang ternyata selalu berulang, setiap kali rombongan Presiden RI boarding di pesawat Pelita Air Service, era 1998 -1999. Pertanyaan sama selalu jadi yang pertama dilontarkan oleh perempuan bernama lengkap Hasri Ainun Besari (11 Agustus 1937 – 22 Mei 2010) itu. Ia paham betul, kebiasaan suaminya yang–bisa dibilang–penggila kudapan bernama “pisang kipas”.
Kejadian itu terekam dengan baik di ingatan Papa saya, Syahrasjad Jazir. Beliau, waktu itu, adalah salah seorang kru pesawat Pelita Air Service, yang rutin mengantarkan Presiden dan rombongannya ke destinasi. Tugas sebagai flight officer sudah diemban Papa sejak tahun 1972-an, jauh sebelum saya lahir. Dan, Papa, sebagai seorang pemegang lisensi pesawat keprisedenan, selalu menjadi kru yang mengantar Presiden, Wakil Presiden dan pejabat-pejabat negara lainnya.
Mungkin sudah ratusan pejabat negara, Presiden, Wakil Presiden, Menteri dan keluarga yang sudah Papa dan kru Pelita antarkan ke destinasi masing-masing. Saya ingat betul, setiap kali Papa terbang mengantar rombongan presiden, pulangnya pasti membawa banyak makanan enak. Hahahaha.. Yang paling saya suka adalah es krim jagung, assorted sandwich dan buah-buahan. Yummm.. Hahaha.. Maklum, waktu itu kan saya masih bocah, jadi lebih tertarik makanannya daripada cerita-ceritanya. Gomen’nasai, Papa-san.
Kembali ke cerita pisang kipas dan Habibie-Ainun, 15 tahun kemudian adegan tersebut kembali berulang di ingatan Papa. Yakni ketika ia melihat pisang kipas hangat, baru selesai digoreng, di daerah Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, pada Selasa, 9 Juli 2013 pagi. Seketika, Papa memborong pisang kipas, setidaknya, 50 potong! Papa menyisihkan 40 potong untuk saya bagi-bagikan kepada kawan-kawan di kantor, 10 potong untuk anak-anak saya di rumah. Kebetulan, Pemerintah Indonesia kemarin itu memutuskan bahwa 1 Ramadhan 1434 H. jatuh pada hari Rabu, sehingga mayoritas kami di kantor, belum berpuasa di hari Selasa tersebut.
Wah, jadi alasan Papa memborong pisang kipas adalah karena beliau teringat pasangan Habibie-Ainun?
Ya, betul. Papa saya memang begitu orangnya. Tipe laki-laki yang cukup sentimentil, menurut saya. Hehehe.. Yah, karena beliau selalu menghargai momen indah dan romantis. Contohnya, ya romantisme kecil–tapi cantik–ala Habibie-Ainun yang pernah terjadi di depan matanya sendiri.
“Bu Ainun itu selalu bertanya pisang kipas lebih dulu, sebelum berangkat. Dia ngerti betul kesukaan suaminya,” kata Papa kepada saya.
“Sayang, hal seromantis ini luput, tidak masuk di film Habibie & Ainun itu ya, Ne,” ujar Papa lagi. Saya cuma mesem. Pasalnya, saya belum pernah menonton film tersebut. Hehehe.. Maaf ya, Pa. 😛
Namun, tak bisa saya pungkiri bahwa saya terkesan.
Dua hal yang membuat saya terkesan. Pertama, terkesan dengan kasih sayang antara Bu Ainun dan Pak Habibie–dan semua orang tahu betapa romantisnya pasangan Habibie-Ainun ini. 🙂
Kedua, terkesan dengan ingatan Papa yang masih sangat prima. Bukan karena ia Papa saya, tapi betulan, hal “kecil” yang biasanya luput dari pengamatan, kok ya bisa terekam dengan baik oleh Papa. Hehehe..
However, pisang kipas yang Papa belikan untuk saya, rasanya luar biasa nikmat. Bukan karena pisangnya ataupun tepung dan bumbunya, tapi karena Papa saya membelinya demi mengenang suatu adegan romantis antara suami dan istri. That makes the banana-fritter tastes even sweeter, even better. Thank you, Papa.
kisah habibie ainun emang romantis bgt, real nggak lebay kaya bella swan dan edward cullen. andai kata yg garap film itu sekaliber holiwud, pastinya bakal mendunia kisahnya. kayaknya jaman sekarang udah jarang banget pasangan romantis macem mereka.. papanya mb nin juga romantis ya…
Papaku sentimentil dan romantis banget orangnya. Hehehehe.. Jadi ketahuan deh, aku romantis itu turun dari siapa.. 😀
Zaman sekarang jarang pasangan romantis, tau ngga kenapa? Karena semua udah sibuk mengejar dunia. Sibuk mencari nafkah. Sampai-sampai energi ini habis untuk sekadar mengecup jidat dan mengucapkan, “Selamat tidur, sayangku.” *curcol*
Ayooohh kita nulis lagiiihhh.. 😉
Cerita Pisang Kipas with Habibie & Ainun… Kenikmatan kedua-duanya berbau Harum sampai di kota Bitung. 😀
Wahhh.. Masa sih, Pak Feidy? Mantaaappp! Kalau gitu nanti saya ke Bitung, cemilannya pisang kipas aja ya, Pak. Hahahaha..
Dan, terima kasih sudah mampir yaa.. 😉