menikah, buat apa?

Hari ini tetiba teringat obrolan dengan seorang kawan:

Loe nikah buat apa? Buat punya anak? Nerusin keturunan? Emangnya loe keturunan raja, darah birunya harus dilestarikan? Penting banget? Harus banget punya anak? Mendingan loe angkat anak yatim, itu lebih bermanfaat, daripada elo menuh-menuhin dunia dgn keturunan loe yang belum tentu juga berguna bagi negeri ini.

Saya ngakak mendengar pertanyaan dan argumennya. Tapi masuk akal. Sempat saya merenungi kalimatnya juga sih.

However, saya jawab dia soal alasan menikah. Blak-blakan.

“Nikah ya biar halal lah. Gw hanya manusia, yang punya nafsu, termasuk birahi. Dan karena gw gak mau sama dengan binatang yang kalo birahi bisa siapa aja disikat yang penting lubang, ya gw kudu nikah sebelum menyalurkan nafsu birahi gw lah ya. Dengan menikah, nafsu gw tersalurkan dengan benar dan Tuhan gw, insyaa Allah, menyukai dan meridhoi jalan tersebut. Ujungnya, tentu baik, barokah, buat gw dan pasangan gw dong?”

Gantian dia ketawa mendengar jawaban saya. Dia bilang, “Bagus. Jujur banget. Ngga normatif atau standar. Salut.”

Nah, soal meneruskan keturunan, saya jawab, “Ngga harus sih, tapi kebetulan Allah udah mempercayakan gw jadi ibu yang melahirkan anak sendiri. Saat proses bikinnya sih, ngga diniatin gw harus hamil juga. Alami aja. Hamil alhamdulillah, ngga hamil-hamil, ya bener loe bilang tadi, angkat anak yatim, lebih barokah. Lah kebetulan gw hamil, sampe beranak tiga begini, ya disyukuri dan didoain semoga anak-anak gw berguna bagi agama, keluarga, sekitar, dan bangsanya.”

Dia ngakak lagi, trus bilang, “Baguslah, elo emang fair dan paham apa fungsi loe dalam hidup.”

😅 Haha..

Seru juga ngobrol sama orang tipe nyeleneh kayak kawan saya itu. Ke mana ya orangnya? Mudah-mudahan beliau selalu sehat dan bahagia dengan pilihan-pilihannya dalam hidup. 🙏

Jumat Barokah, KawaNina. Bahagia itu kita sendiri yang membuat, lho. Jadi, definisikan sendiri bahagiamu, jangan sampai didikte orang lain. So, semangat ya! ✊😊❤️


6 responses to “menikah, buat apa?”

  1. Layangseta Avatar

    Yaaa.. semua orang punya pilihan sendiri-sendiri, tapi paling enggak kalau punya keturunan tuh nanti kalau kita tua ada yang ngurusin he he..

    1. Nina Razad Avatar

      Ngga salah juga cara berpikir begitu. 😁

      Kalau saya, anak tiga, udah hampir lulus kuliah yg dua, tapi gak pernah ada keinginan merepotkan mereka kelak saya tua renta. Mendingan saya tinggal berduaan aja sama suami (kalau Allah kasih), pensiun jalan2 duaan, atau minta mereka memasukkan saya ke panti jompo elit syariah aja, biar saya barengan sama teman-teman seangkatan, ibadah berjamaah. 😁

      Saya paham bener repotnya anak2 yg sudah berumah tangga struggle sama urusan orang tua pensiun. Inshaallah, I won’t be such burden for my kids. 😁

      1. Layangseta Avatar

        Ih bener banget. Inilah yang mematahkan anggapanku pada orang yang tinggal di jompo adalah korban anak yang kurang ajar. Ternyata memang sebagian besar emang keinginan mereka sendiri.

      2. Nina Razad Avatar

        Exactly. Orang-orang kayak aku lebih suka berkumpul dengan orang seumuran. Soalnya makin tua kita makin lamban kan ya. Kasian anak2 harus ngikutin ritme kita. Atau sebaliknya, kasian kita yang harus ngikutin ritme anak-anak. 😁❤️

      3. Layangseta Avatar

        Sedangkan masalah lubang atau batang, aku kira kalau kita merem rasanya juga sama aja

      4. Nina Razad Avatar

        Wakakakakak… I don’t know how to answer that. 🤣🤣

Leave a Reply

Please log in using one of these methods to post your comment:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: