Idul Fitri 1435, Lebaran Duka

Assalamu’alaikum wr. wb.,

Dear KawaNina, selamat Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal 1435 H. Taqabalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Semoga Allah menerima amal ibadah shaum-mu dan ibadah shaum-ku..

Lebaran tahun ini bisa dibilang istimewa dengan ceritanya masing-masing. Ada sedihnya, ada senangnya.

Sedihnya, ini adalah Ramadhan dan Syawal pertama saya tanpa suami dan bungsu saya. Walaupun hubungan kami tetap teman baik, tetap saja sudah tidak lagi boleh sahur bersama.

271501_111162458978140_922179_o
Tante Lilis (alm) saat menunaikan ibadah haji, 2010. Berfoto di Laut Merah.

Sedih yang kedua, beberapa hari sebelum lebaran, tante kami tercinta, RA Sri Sislisningsih, yang kami panggil dengan sebutan Tante Lilis, berpulang kepada Allah. Beliau wafat saat masih dalam tahap recovery pasca operasi kanker payudara. Almarhumah meninggalkan 3 anak, 2 menantu dan 2 cucu.

Tante Lilis adalah tante dari mantan suami saya, Heru K. Wijaya. Beliau sangat banyak jasanya kepada kami, terutama kepada mantan suami, yang pernah tinggal selama beberapa tahun di rumah Tante Lilis. Saat kami menghadapi masalah rumah tangga, Tante Lilis sempat juga menjadi penengah. Hobi beliau adalah berkumpul bersama keluarga, menyuguhi makanan yang enak-enak, bergembira dan membuat orang lain senang.

Ada cerita yang cukup bikin merinding menjelang wafatnya Tante Lilis. Siang itu, Selasa,22 Juli 2014, beliau sedang beristirahat bersama adik iparnya, Tante Weweh. Suatu ketika tiba-tiba Tante Lilis berkata, “Weh, ini kok rasanya badanku ada yang nyedot ya?”

Tante Weweh, setengah takut dan setengah cemas, langsung merasa waspada. Ia berpikir Tante Lilis bercanda saja, seperti biasa.

“Ih, bener, Weh. Ini badanku ada yang menyedot. Apa ini yang namanya sakaratul maut? Kok enak banget ya, rasanya..” kata Tante Lilis lagi, dalam duduknya.

Sekian detik kemudian, badan Tante Lilis yang semakin kurus itu meluncur ke lantai. Tante Weweh berteriak memanggil siapapun yang ada di rumah, sambil memegangi kaki Tante Lilis. Kakinya sudah dingin. Dan, Tante Lilis meninggal dunia.

Apa betul itu sakaratul maut yang dirasakan Tante Lilis? Jika ya, masya Allah, sungguh Allah memudahkan ajal kepada hamba yang dikehendaki-Nya.

Beberapa sebelum mendengar kabar Tante Lilis wafat, persisnya pagi saat sahur, saya mendadak teringat kepada beliau. Rasanya mendesak sekali saya harus ke Jatiasih (Bekasi), mengunjungi beliau. Saya memang berniat akan menjenguk Tante Lilis ke rumah. Seminggu sebelumnya, Mas Illu (mantan suami saya; ayahnya Farrell) bercerita, via whatsapp, bahwa Tante Lilis kondisi kesehatannya menurun dua bulan terakhir, pasca operasi. Mas Illu sendiri sudah cukup lama (sekira sebulan) tidak bertemu lagi dengan Tante Lilis.

wpid-img_20140722_220108.jpgMakanya, mendapat kabar yang sama, seminggu kemudian, dari Yusi (adiknya Mas Illu), saya jadi lemas. Malam itu, dari kantor sekira pukul 20.30 WIB, saya langsung meluncur ke Jatiasih dan melayat. Bertemu dengan bungsu saya tercinta, Farrell, dan seluruh keluarga Wijaya (keluarga mantan suami saya). Meski saya dan Mas Illu sudah berpisah, hubungan saya dan keluarga Mas Illu tetap baik. Jadi ketika saya tiba di Jatiasih, semua menyambut saya hangat. Alhamdulillah.

Setelah bersua-kangen dengan keluarga Wijaya, saya segera masuk ke dalam rumah. Jenazah Tante Lilis diselimuti jarik jawa dan wajahnya diselimuti kerudung putih. Saya mengikuti bacaan Yasin yang dilantunkan lima pemuda kawannya Akbar (adik sepupu Mas Illu). Air mata ini, meski sudah saya usahakan untuk ditahan, terus mengucur dari mata. Saya merasa sangat sedih, karena terakhir bertemu beliau, saya belum sempat mengucapkan terima kasih, karena telah menjadi orang yang selalu menerima saya dengan hati lapang.

Sekian jam kemudian, sekira pukul 23 malam, saya berkesempatan membuka tabir kerudung putih yang menutupi wajah Tante Lilis. Saya memandangi wajah Tante kami tercinta ini. Beliau tampak seperti sedang tidur biasa. Telinganya agak berkeringat, begitu juga dahi dan wajahnya. Saya berdoa, semoga ini tandanya beliau berpulang dengan cara khusnul khotimah. Aamiin.. Sebelum saya tutupkan kembali tabir ke wajahnya, saya mencium dahi beliau. We will miss you, Tante Lilis…

Dan itulah cerita Lebaran Duka kali ini. Berikutnya adalah Lebaran Suka. šŸ™‚

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.